Di daerah “doldrums’, akan bertemu angin pasat dari timur laut (angin yang berhembus ke atas di belahan bumi utara) dan angin pasat tenggara (angin yang berhembus ke atas di belahan bumi selatan). Daerah pertemuan tersebut terletak di 10 derajat Lintang Utara hingga 10 derajat Lintang Selatan.
Daratan di khatulistiwa bebas dari Topan dan Badai
Daerah “angin mati” ini kadang disebut juga sebagai “zona massa udara tenang” atau Daerah Konvergensi Antar Tropik (DKAT). Daerah ini letaknya tidak tetap, dapat bergeser ke utara dan selatan mengikuti gerak matahari yang kadang berada di belahan utara atau di belahan selatan khatulistiwa. Akan tetapi pergeseran tersebut hanya sebatas wilayah 10 LU-100 LS.
Pertemuan antara angin pasat timur laut dan angin pasat tenggara menyebabkan udara terangkat dan menghasilkan badai konvektif. Badai yang terjadi di daerah Indonesia bisa dibilang tidak ada, namun di wilayah selatan Indonesia yaitu di selatan Nusa Tenggara, selatan Bali, selatan Pulau Jawa dan selatan Sumatera, badai banyak ditemukan.
Badai juga banyak ditemukan di wilayah utara Indonesia, yaitu di utara Pulau Papua, utara Maluku, utara Pulau Sulawesi, utara Pulau Kalimantan dan di utara Kepulauan Natuna. Jadi bisa dibayangkan, betapa untungnya wilayah Indonesia yang berada di wilayah khatulistiwa yang mana justru tak terdapat badai, siklon atau topan.
Efek di daerah khatulistiwa
Walau bebas dari topan dan badai, namun adanya badai yang terdapat di utara dan di selatan Indonesia dapat mempengaruhi wilayah Nusantara secara signifikan dalam hal lainnya, seperti tingginya curah hujan hingga terjadi banjir, minimnya curah hujan hingga terjadi kekeringan, dan kencangnya angin, hingga tingginya ombak.