Lebih kurang setahun lagi bangsa Indonesia akan kembali menggelar pemilihan umum untuk memilih anggota badan legislatif dan eksekutif, anggota DPR dan Presiden serta wakilnya. Saat ini sudah banyak partai politik yang kembali mendekati rakyat dan menawarkan janji-janji muluknya yang kita tahu biasanya akan segera pupus setelah mereka berkuasa.
Bukan rahasia umum lagi jika rakyat banyak hanyalah sebagai komoditas politik, yang didekati, digadang-gadang, dibujuk-bujuk, diberi berbagai bingkisan dan uang, hanya sekali dalam lima tahun, setelah itu terlupakan.
Sekali dalam lima tahun rakyat dijanjikan akan berubah nasibnya menjadi lebih baik, namun pada kenyatannya, yang berubah nasibnya menjadi lebih baik hanyalah mereka yang berhasil ‘menipu’ rakyat. Nasib rakyat sama saja dari hari ke hari, tetap hidup dalam kubangan lumpur penderitaan, penindasan, dan kesewenang-wenangan. Sebaliknya, banyak pengurus partai yang tadinya pengangguran, kini berubah hidupnya seratus delapan puluh derajat menjadi makmur dan sejahtera. Kerja hanya lima tahun, tidak berprestasi, dan setelah itu menikmati uang pesangon seumur hidup. Ini semua berasal dari uang rakyat yang diperoleh rakyat dengan susah payah, bercucuran keringat, bahkan hingga mengeluarkan darah dan airmata.
Bagaimana kiprah partai Islam dan kenyataan di depan mata yang demikian menyedihkan ini? Apakah partai Islam berhasil survive dan tetap komit dengan nilai-nilai Islam yang berpihak kepada al-haq dan sangat memusuhi kebathilan? Mampukah partai Islam menghancurkan kezaliman dan memberikan cahaya pengharapan kepada rakyat? Dengan kata lain, mampukah partai Islam sungguh-sungguh memperjuangkan nasib umat dan menjadikan umat sebagai asset, bukan sebagai kuda tunggangan yang dimanfaatkan tiap lima tahun sekali demi syahwat kekuasaan segelintir orang di dalamnya dengan berkedok sebagai dakwah?
Dalam laporan khusus, eramuslim.com tertarik untuk mengulas semua ini tanpa berpretensi apa pun. Kami akan mengulas sejumlah partai Islam di beberapa negara seperti Turki, Aljazair, Mesir, Lebanon, Malaysia, dan lainnya. Kami hanya bermaksud agar kita semua mengetahui sepak terjang partai-partai Islam di berbagai negara tersebut, bagaimana mereka mengelola dan merekrut kader-kadernya, bagaimana mereka memperjuangkan dakwah Islam di negerinya, dan sebagainya. Mudah-mudahan, sajian berseri dari Kami ini bisa untuk dijadikan cermin atau pembanding.
Partai Islam di Turki
Untuk yang pertama Kami akan mengajak Anda semua menengok Turki, sebuah negeri Islam yang berada di dua benua, Eropa dan Asia. Turki memiliki sejarah Islam yang gilang gemilang, bahkan Kekhalifahan Islam pernah bersinar secara amat terang di negeri ini. Dan secara amat mengagetkan, ketika kekhalifahan Turki berakhir akibat konspirasi Yahudi Internasional dan seorang Yahudi dari DUmamah bernama Mustafa Kemal naik menjadi penguasa negeri tersebut, Islam secara cepat dihabiskan. Jilbab dilarang, bahkan adzan pun harus menggunakan bahasa Turki.
Ada kalimat bijak yang mengatakan, “Sebuah mutiara akan tetap bersinar dengan indah berkilauan, walau dibenamkan ke dalam Lumpur yang paling pekat sekali pun, ” maka demikianlah Islam di Turki. Walau penguasa Yahudi tersebut berupaya mati-matian menghancurkan Islam, namun Allah SWT tetap memelihara Islam di Turki sehingga Islam tidak pernah benar-benar habis di negeri itu.
Bahkan secara perlahan namun pasti, Partai Islam menggeliat dan dalam pemilihan umum tahun 2007 berhasil mendudukan seorang kadernya sebagai orang nomor satu di Turki. Sesuatu yang tidak pernah dibayangkan oleh Mustafa Kemal!
Bahkan baru-baru ini, lewat sebuah referendum, jilbab diperbolehkan kembali berkibar. Partai Islam di Turki merupakan sebuah fenomena yang sangat menarik untuk dikaji. Tunggu sajian kami! (rizki/bersambung)