Partai Komunis China mempunyai 93 juta anggota, banyak di antara mereka ditempatkan atau disembunyikan di berbagai organisasi di luar negeri.
Dengan begitu mereka bisa ditugaskan untuk menghimpun informasi rahasia, khususnya di bidang teknologi, termasuk telekomunikasi.
Menurut para ahli “agen-agen” itu serta sasaran individu-individu yang memegang posisi penting di perusahaan asing, bisa direkrut atau dibujuk dengan menggunakan sejumlah metode.
Memasang jebakan
Pendekatan pertama biasanya dikenal dengan sebutan “insentif positif”, khususnya jika orang yang disasar adalah bukan warga negara China.
Di Barat insentif itu dapat berupa undangan yang menggoda untuk menghadiri pertemuan bisnis di China, tawaran bantuan keuangan bagi perusahaan yang mengalami kesulitan, atau tawaran (kadang-kadang tak punya arti apa pun) untuk menduduki posisi direktur noneksekutif atau dalam beberapa kasus berupa tawaran uang yang dapat mengubah taraf kehidupan.
Selama 10 hingga 15 tahun terakhir muncul kesiapan yang semakin baik untuk memburu orang-orang asing yang memegang posisi strategis dengan memberikan insentif positif.
Namun di dalam wilayah China, metode perekrutan dilakukan dengan cara yang lebih seram, menurut orang-orang yang mengetahui informasi tentang hal itu.
Cara-cara yang dilakukan antara lain adalah memberikan tekanan kepada anggota keluarga mereka – pada dasarnya pemerasan – hingga jebakan bagi pengusaha dari Barat yang lengah.
Ini biasanya meliputi “kesempatan” bertemu dengan seorang perempuan atraktif yang kemudian direkam secara diam-diam dan difungsikan sebagai “kompromat” -materi yang merugikan untuk digunakan sebagai pengungkit.
“China sangat lihai memasang jebakan di wilayahnya sendiri,” kata seorang pebisnis Inggris yang pernah bekerja di China.
Jebakan-jebakan itu biasanya dioperasikan oleh Kementerian Keamanan Negara.
Bukannya mengendalikannya secara terpusat, operasi-operasi tersebut cenderung dijalankan oleh Dinas Keamanan Nasional tingkat provinsi, yang membawahi wilayah berbeda-beda di dunia.
Sebagai contoh, biro Shanghai mencakup wilayah Amerika Serikat, Beijing membawahi Rusia dan negara-negara bekas Soviet, Tianjin mencakup Jepang dan Korea, dan lain sebagainya.
“Negara China menggunakan semua aspek tuas pemerintahan untuk menghimpun informasi,” kata orang yang mengetahui operasi tersebut.
“Ini bervariasi mulai dari spionase dengan sasaran tertentu dan spionase siber skala besar, pencurian hingga mengkooptasi para ahli di dunia industri, baik tanpa atau dengan sepengetahuan mereka.”
“Bersama dengan Rusia,” tambahnya, “China menjadi ancaman mata-mata terbesar bagi Inggris”.[Sumber: BBC]