Tudingan Singapura terhadap Indonesia
Beberapa tahun lalu, Indonesia dibuat heboh oleh pernyataan Senior Ministry Singapore Lee Kuan Yew. Dalam pernyataannya yang dikutip harian The Strait Times, Singapura, Lee mengatakan, “Singapura tidak akan merasa aman selama teroris berkeliaran di Indonesia.”
Media massa menjadikan berita ini sebagai komoditi utama dalam pekan itu. Hampir semua media menurunkan laporan utamanya tentang komentar Mr. Lee. Agar lebih obyektif menulis tentang Singapura dalam catatan kali ini, beberapa saat lalu, penulis pernah menghubungi Profesor Bilveer Singh, Guru Besar Political Science di National University of Singapore. Saat dihubungi ternyata beliau sedang berada di New Delhi, India, membuka sebuah seminar dan konferensi politik.
Lebih dari satu jam penulis berbincang dengan Profesor Bilveer lewat telepon. Tentu saja yang menjadi inti perbincangan tersebut adalah pernyataan Mr. Lee.
Menurut Bilveer Singh, pernyataan Menteri Senior tersebut menjadi terasa sangat pedas karena memang dipedas-pedaskan oleh media massa. "Saya kira pernyataan Pak Lee itu biasa saja dan tidak tajam. Pak Lee justru membela Indonesia dalam pernyataannya."
Lalu Bill, panggilan Profesor Bilveer, bercerita tentang latar belakang Lee Kuan Yew berkata demikian.
Beberapa waktu lalu, kepolisian Singapura, kata Bill, menangkap 18 orang yang berencana, bahkan sudah membeli sebanyak 21 ton TNT untuk meledakkan beberapa titik yang disebutnya sebagai tempat Israel dan Amerika di Singapura. Tapi ada lima orang lagi yang disebut-sebut melarikan diri ke Indonesia. Menurut Lee, kata Bill, pemerintah Indonesia sudah dihubungi tentang hal ini, tapi tidak menunjukkan respon yang berarti. Bill juga tak lupa memberi keterangan bahwa pelaku, semua pelaku itu adalah Muslim.
"Absolutely Pak, 100% Muslim Pak," ujarnya dari seberang telepon.
Penulis sempat melakukan cross-check pernyataan larinya pelaku teror dari Singapura ke Indonesia pada Pak ZA Maulani, mantan KABAKIN di era presiden Habibie. Dalam obrolan dengan Pak Maulani yang kebetulan mampir ke kantor, penulis bertanya apakah mungkin yang diungkapkan Bill di atas.
"Nggak mungkin, mustahil itu," jawabnya. Di Singapura, kata Pak Maulani, orang makan permen karet dan membuang, apalagi menempelkannya sembarang bisa ketahuan dan kena hukuman. Banyak turis yang ada di sana bermasalah dengan polisi setempat gara-gara di kantong mereka ditemukan buble gum.
Jika permen karet saya bisa diketahui, apalagi TNT yang bentuknya batang dan dalam jumlah yang tidak sedikit, 21 ton, maka tidak menutup kemungkinan ini adalah sebuah rekayasa. TNT dalam bentuk batangan pasti memerlukan beberapa kontainer untuk mengangkutnya. Saya jadi semakin curiga bahwa di balik ini ada operasi intelijen. Apalagi keterangan Pak Maulani tentang dokumen Jibril yang disebut sebagai pijakan pemerintah Singapura menindak dan menangkap 18 orang yang disebut sebagai teroris itu tidak valid dan bikinan pihak ketiga.
Tapi lagi-lagi, keterangan ini dibantah oleh Bill yang menyebutkan bahwa pemerintah Singapura telah melakukan penyelidikan mendalam. "Ini tidak mungkin operasi intelijen. Tidak Pak," ujar Bilveer Singh.
Penulis tidak akan memperdalam informasi mana yang benar, tapi yang pasti, penulis menggaris bawahi kalimat Bill yang mengatakan, "100% Muslim Pak, absolutely." Pernyataan itu bagi saya menjelaskan sesuatu, bahwa memang ada rencana yang memang sudah disiapkan entah oleh siapa untuk beberapa komunitas Muslim. Tentang hal ini, Bilveer sendiri mengakui memang ada sesuatu yang ia katakan sebagai rencana busuk. "Saya tahu benar bahwa Barat senang membusukkan Islam, kelompok Yahudi dan Kristen garis keras berusaha membusukkan Islam. Islam bagi mereka sama dengan teroris, ini bahaya Pak. Islam is peace," kata Bilveer. (bersambung)