Bukannya Allah SWT tak mencintai mukmin yang lemah. Namun, ketika mukmin yang kuat disandingkan dengan mukmin yang lemah, tentulah mereka yang kuat mendapat kecintaan lebih dari Allah SWT. Kuat dalam artian bukan hanya kuat iman. Definisi kuat dalam hadis ini mencakup kekuatan fisik, finansial, ekonomi, politik, dan seterusnya.
Di samping kekuatan iman, para sahabat Nabi SAW mempunyai kekuatan fisik yang tak diragukan lagi. Kekuatan fisik mereka teruji dengan kemenangan-kemenangan yang mereka raih dalam perperangan. Walau fisik mereka dihabiskan untuk beribadah, tapi mereka semua akan terjun ke medan perang ketika panggilan jihad ditabuh.
Di samping itu, para sahabat juga kuat dari segi finansial. Misalnya saja, sahabat Nabi yang disebut dalam daftar asyarah mubasyirina biljannah (sepuluh orang yang dijamin masuk surga), ternyata sembilan di antaranya adalah orang kaya. Bukannya Allah SWT tak sayang dengan orang beriman yang miskin, tetapi Allah SWT lebih sayang dengan orang beriman lagi kaya.
Demikian juga di bidang-bidang lainnya, seperti politik, ekonomi, sosial, budaya, dan seterusnya. Para sahabat Nabi SAW adalah orang-orang yang memegang tampuk perekonomian di masanya. Lihat pula para ulama di masa tabiin dan tabi’ tabiin. Mereka para ulama yang menguasai disiplin ilmu di bidang lain. Ibnu Sina’, di samping menjadi ulama, ia juga pakar di bidang kedokteran. Al Batani, di samping menjadi seorang ulama, ia seorang astronom dan matematikawan. Masih banyak lagi contoh lainnya.