Pertama, mencaplok dulu simpul transportasi, kemudian merambah ke sektor (geoekonomi) yang lain. Dalam hal ini, Cina tempo doeloe dipaksa menyerahkan sebelas pelabuhannya termasuk Hongkong setelah kalah perang;
Kedua, meracuni bangsa jajahan melalui penyebaran narkoba (candu) untuk menghancurkan kesadaran warga serta melemahkan daya juang dan daya lawan generasi muda atas kolonialisme di negaranya. Poin yang dapat dipetik, bahwa narkoba ialah alat atau sarana termurah merusak bangsa.
Learning by doing. Pengalaman adalah guru yang baik, kata si bijak. Experiance is the best teacher. George Santayana (1863 – 1952), filsuf Spanyol berkata, “Mereka yang tak mengenal masa lalunya, dikutuk untuk mengulangi”. Tentang masa lalu, Bung Karno (BK) pun menyatakan, “Jangan sekali-kali melupakan sejarah” atau kerap disebut JASMERAH. Bagi kedua tokoh di atas, masa lalu atau sejarah dinilai urgen lagi sangat vital dalam kehidupan baik individu, entitas, bahkan bangsa dan negara. Begitu urgennya bab sejarah dan/atau masa lalu, sehingga BK memilih diksi: “jangan sekali-kali” untuk penekanan tingkat kevitalan, sedang Santayana memakai frasa: “dikutuk untuk mengulangi”. Akan tetapi, meski sejarah adalah masa lalu, namun tidak semua masa lalu dianggap sejarah. Kenapa? Charles Reith dalam buku The Blind Eye of History menyebut, bahwa sejarah bukanlah semua yang terjadi tetapi apa yang terjadi yang menjadi perhatian masyarakat. Nah, jika merujuk asumsi Reith, maka sejarah merupakan simpul-simpul peristiwa di masa lalu yang layak dijadikan hikmah serta momentum.
Dan agaknya, Cina menjadikan kolonialisme Barat terutama Perang Candu selain sebagai catatan kelam, juga memaknai momentum emas kebangkitannya setelah beberapa abad kemudian. Pertanyaannya, “Hikmah apa yang diambil untuk kebangkitan Cina akibat Perang Candu I dan II?”
(Bersambang ke Bag 4)
M Arief Pranoto, Direktur Program Studi Geopolitik dan Kawasan Global Future Institute (GFI)
(Sumber)
BEST SELLER BUKU PEKAN INI, INGIN PESAN? SILAHKAN KLIK LINK INI :
https://m.eramuslim.com/resensi-buku/resensi-buku-diponegoro-1825-pre-order-sgera-pesan.htm