Eramuslim.com – Elaborasi dua ideologi besar dunia itu, memang menumbuhkan ekonomi dalam skala tertentu di satu pihak, namun di pihak lain menimbulkan masalah terutama kesenjangan sosial dan pengangguran. Mungkin itulah efek mitra ganjil sebagaimana isyarat Navarro di muka. Kenapa begitu, ciri ekonomi komunis itu yang super kaya adalah (elit) negara, tetapi sebagian besar rakyatnya “miskin”, sebaliknya ciri ekonomi kapitalis yang berkelimpahan cuma segelintir elit partikelir/swasta, sedang mayoritas lainnya sesuai standar bahkan tidak sedikit yang di bawah standar alias melarat.
Selaju apapun ekonomi Cina dengan model one country and two system, bahwa 1,6 miliar populasinya mungkin hanya sedikit menikmati kue ekonomi. Cuma elit negara dan segelintir kelompok partikelir saja. Konsekuensi logisnya, selain kesenjangan sosial menganga lebar, masalah permanen adalah ledakan penduduk. Bagi Cina, kondisi tersebut mutlak harus diletak pada risk appetite (selera risiko) yang wajib diwaspadai. Risk appetite itu kesediaan sebuah organisasi/negara menerima risiko berbasis sumber daya yang ada. Pertanyaan menarik muncul, “Bagaimana strategi Cina di era Xi Jinping mengantisipasi kemungkinan dan dampak munculnya bom molotov?”