Khan juga mengaku bila kuil Dewa Rama itu dibangun, bisnisnya juga akan terganggu oleh rencana pembangunan. Ini juga dirasakan penduduk Muslim di tempat lain di India saat ini, namun kekhawatiran Khan terasa lebih mendasar.
Di toko gelang populer, pasangan ayah-anak dari Haji Salim dan Abdul Kalim lebih berhati-hati menanggapi soal ini. Namun, sikap mereka menyuarakan keprihatinan serupa. “Akan jauh lebih baik jika keputusan pengadilan adil,” kata Kalim kepada Al Jazeera.
“Selama bertahun-tahun sekarang, umat Islam tidak membeli tanah di kota ini. Faktanya, mereka hanya menjual dan kemudian pergi. Namun, jika keadaan nanti tetap tidak berubah, kita juga harus memutuskan tentang masa depan kita.”
Koeksistensi yang harmonis
Ironisnya, fakta yang tidak cukup dibicarakan di bawah pemerintahan BJP adalah bahwa kenyataan bila sebagian besar kuil Ayodhya dibangun di atas tanah yang disumbangkan oleh penguasa Muslim di abad ke-18 dan ke-19.
Sejumlah masjid, makam, mausoleum, dan kuburan kota ini adalah bukti bisu dari sejarah Islam yang kaya dan merupakan simbol hidup berdampingan yang harmonis antara umat Hindu dan Muslim di kota itu dan India. Namun, kini nyatanya telah terjadi hilangnya tempat ibadah Islam dalam rencana pembangunan kota senilai hampir 300 juta dolar AS itu.
Anil Singh, seorang penulis yang berbasis di Ayodhya, melihat ini sebagai bagian dari skema sayap kanan Hindu untuk melenyapkan masa lalu kehidupan multi-kultur kota itu. “Pergilah sedikit lebih dalam ke Ayodhya dan Anda akan melihat begitu banyak warisan Hindu-Muslim,” katanya.
“Umat Hindu di sini beribadah di kuil Sufi seperti Badi Bua yang dianggap sebagai santo pelindung kota. Tapi, Anda tidak akan mendengar tentang makamnya dalam rencana pemerintah.”