Kosovo, wilayah di Balkan dengan penduduk mayoritas Albania muslim, memproklamasikan kemerdekaan dari Serbia sejak Februari 2008, dan bertahun-tahun mereka alami hubungan yang tegang dengan Serbia.
Setelah meraih pengakuan dari Amerika Serikat dan negara-negara Uni Eropa, namun Serbia, dengan bantuan besar-kekuatan sekutu Rusia, telah bersumpah untuk memblokir Kosovo dari mendapatkan kemerdekaan dan pengakuan di PBB.
Setelah pecahnya Negara Yugoslavia, Serbia menanggapi tekanan separatis dari Kosovo dengan meluncurkan penumpasan brutal terhadap penduduk muslim Albania di wilayah itu, dan diakhiri dengan intervensi militer pada tahun 1999.
Hingga tahun 2008 provinsi ini dikelola oleh PBB. Rekonsiliasi antara mayoritas muslim Albania, yang kebanyakan mendukung kemerdekaan, dan keinginan minoritas Serbia tetap sulit dipahami.
Akhirnya hingga kini , lebih dari separuh warga yang terkurung di daratan Kosovo hidup dalam kemiskinan. Meskipun memiliki sumber daya mineral yang kaya, lahan pertanian adalah kegiatan ekonomi utama di negeri itu.
Kosovo dan Serbia mencapai kesepakatan penting untuk menormalkan hubungan mereka pada bulan April 2013. Berdasarkan kesepakatan Uni Eropa yang ditengahi, kedua belah pihak setuju untuk tidak menghalangi upaya masing-masing untuk mencari keanggotaan Uni Eropa.
Muslim Albania di Kosovo berjumlah sekitar 2 juta – atau sekitar 90% dari populasi disana . Sekitar 100.000 orang Serbia tetap mengikuti eksodus pasca-perang , minoritas Serbia tetap tinggal di wilayah yang terpisah dan diawasi oleh pasukan penjaga perdamaian NATO hingga kini.
Slavia dan Albania telah hidup berdampingan di Kosovo sejak abad kedelapan. Wilayah ini adalah pusat dari Kekaisaran Serbia sampai pertengahan abad ke-14, dan Serbia menganggap Kosovo sebagai tempat kelahiran bangsa mereka.
Selama berabad-abad, mayoritas etnis bergeser ke muslim Albania.
Kekalahan Serbia oleh muslim Albania di Pertempuran Kosovo tahun 1389 dibawah dukungan Kekaisaran Ottoman Muslim. Dan Serbia kembali menguasai Kosovo pada tahun 1913, dan provinsi ini kemudian dimasukkan ke Yugoslavia.
Setelah itu Serbia dan muslim Albania bersaing untuk mengendaikan di kawasan itu sepanjang abad ke-20. Pada tahun 1960 penindasan atas muslim Albania di Kosovo dihentikan dengan kebijakan yang lebih toleran dari Beograd. Muslim Albania memperoleh pijakan kuat di Kosovo dan diakui oleh pemerintahan Yugoslavia saat itu.
Tahun 1974 Konstitusi Yugoslavia meletakkan status Kosovo sebagai provinsi otonom, dan mereka merencanakan untuk kemerdekaan pada tahun 1980 setelah kematian Presiden Yugoslavia Tito.
Tapi kebencian terhadap pengaruh Muslim Kosovo dalam federasi Yugoslavia telah dimanfaatkan oleh pemimpin Serbia, Slobodan Milosevic. Ia menjadi presiden pada tahun 1989 dan ia melanjutkan pembatasan Kosovo dari otonominya.
Sebuah gerakan perlawanan muslim Kosovo pada 1990-an gagal untuk mengamankan kemerdekaan atau mengembalikan otonomi kembali , meskipun pemimpin Albania Kosovo mendeklarasikan kemerdekaan secara sepihak pada tahun 1991.
Pada pertengahan 1990-an gerakan gerilya muslim Albania, Tentara Pembebasan Kosovo, meningkatkan serangan terhadap sasaran Serbia. Serangan dibalas dengan tindakan keras militer Yugoslavia. Dan saat itulah terjadi genocida muslim Kosovo dan Bosnia.
Penolakan Slobodan Milosevic dari kesepakatan internasional yang ditengahi untuk mengakhiri krisis, dan penganiayaan terhadap Kosovo, menyebabkan serangan udara NATO terhadap kekuatan Serbia di Kosovo pada Maret 1999.
Sebuah kampanye pembersihan etnis terhadap Muslim Kosovo-Albania dilakukan oleh pemerintah Serbia. Ratusan ribu pengungsi melarikan diri ke Albania, Macedonia dan Montenegro , dan ribuan tewas dalam konflik itu.
Pasukan Serbia diusir dari Kosovo pada musim panas 1999 dan PBB mengambil alih pemerintahan provinsi itu.
Dan kini Kosovo meminta pengakuan dari sebuah negeri yang bernama Indonesia, yang Presidennya dahulu pernah menjadi Kepala Pengamat Militer PBB di negeri Balkan Bosnia-Kosovo tersebut. (BBc/bbrp/ DZ)