Ada tegang, ada santai. Ada saat ancaman bahaya, ada juga saat berwisata. Setelah menikmati ketegangan dan horror serangan udara sejak pagi hingga siang, sore harinya kami diajak Dr. Romi jalan-jalan.
Kami mengunjungi Al Wadi Al Azraq alias Blue Valley. Lembah indah di pinggiran jalan perbukitan yang berliku-liku. Suasana musim dingin yang mendung dan suram terobati melihat sungai kecil berair jernih yang mengalir di antara kebun sayuran.
Tanah Syam yang diberkahi membuat banyak buah dan sayuran tumbuh subur. Kami melihat kebun cabe, kubis dan brokoli. Kubisnya besar-besar dan terlihat sangat segar. Ada juga mentimun dan labu panjang. Labu panjang yang kering dahulu dimanfaatkan menjadi wadah tempat air di pedesaan.
Dari mata air di atas bukit, ternyata ada selokan kecil yang kini kering. Selokan itu menuju sebuah kanal kecil berbahan batu karang. Lalu ada batu karang yang dipahat menjadi corong air panjang ke bawah. Inilah saluran air yang menggerakkan kincir air penggilingan gandum. “Watermill,” kata Dr Romi singkat ketika kami bertanya untuk apa saluran air itu.
Setelah berjalan naik turun perbukitan, kami sampai di kincir milik Ali. Di bawah rumahnya yang mirip benteng batu karang abad pertengahan, Ali menjalankan usahanya. Jasa menggiling gandum dengan kincir air miliknya,
Kami diajak masuk ke dalam rumah kincirnya yang besar. Lagi-lagi tersusun dari blok-blok batu karang. Di dalamnya terdapat batu bulat besar, mirip batu penggilingan tahu di kampung saya. Batu bulat itu berputar karena dorongan air yang mengalir dari ketinggian.
Menurut Dr. Romi, penggilingan tradisional itu kini menjadi alternatif utama penduduk kampung untuk membuat tepung roti. Maklum, penggilingan modern yang digerakkan listrik dan mesin kini terlalu mahal untuk dioperasikan. Listrik telah enam bulan putus, sementara harga solar terus melambung tinggi. Subhanallah, warga Suriah yang diputus urat nadi kehidupannya oleh Basyar Asad tak pernah menyerah.
– Fahmi Suwaedi dari Suriah –