Pada tahun 1793, armada laut AS kembali lagi memasuki wilayah laut Khilafah, dan kali ini 12 kapal AS pun kembali ditangkap. Menanggapi hal ini, kongres Amerika memberikan mandat pada Presiden Washington, pada bulan Maret 1794, untuk membelanjakan hingga 700.000 koin emas untuk membangun armada angkatan laut yang lebih kuat yang terbuat dari baja. Namun kapal-kapal tersebut dilaporkan berhasil ditenggelamkan semuanya dalam perang laut melawan armada laut Kekhalifahan Turki.
Sejak saat itu, AS baru sadar tengah berhadapan dengan sebuah kekuatan yang hebat bernama Khilafah Islamiyah Turki Utsmaniyah.
AS pun Bayar Pajak kepada Negara Khalifah
Setahun setelah kejadian itu, pada 1795, Amerika menandatangani perjanjian Barbary dengan Negara Khilafah. Kata Barbary merujuk pada governorat Afrika Utara untuk wilayah Aljazair, Tunisia dan Tripoli, yang berada di bawah pemerintahan Khilafah Utsmaniyah.
Ketentuan dalam perjanjian Barbary memaksa AS untuk membayar sejumlah besar uang kepada Khilafah sebagai imbalan izin untuk berlayar di Samudera Atlantik dan Laut Mediterania serta mengembalikan kapal-kapal yang ditangkap, mulai dengan pembayaran dengan metode one off payment yang bernilai $ 992.463. Sebagai imbalannya, Pemerintah Amerika harus membayar lagi $ 642.000 yang setara dengan emas. Selain itu, Amerika setuju untuk membayar pajak tahunan (upeti) senilai $ 12 000 dalam bentuk emas kepada Negara Khalifah.
Menariknya disini, Khilafah lebih lanjut menegaskan supremasi diplomatiknya, dengan mewajibkan Amerika untuk membayar upeti tahunan, menurut kalender Islam dan bukan menurut kalender masehi.
Selanjutnya, sebagai tebusan untuk tentara Amerika yang ditangkap, Amerika harus membayar $ 585.000. Selain dari upeti yang bernilai sangat besar ini, Amerika setuju untuk membangun dan memberikan dengan biaya sendiri armada kapal baja bagi Khilafah. Khilafah berhasil menekan AS yang harus mau membayar lebih kurang 30x lipat perkiraan uang yang harus dibayar sebagaimana yang tercantum dalam perjanjian. Pasalnya, biaya kapal-kapal yang terbuat dari baja, biaya untuk tiang-tiangnya dan papan-papan baja yang berat, sangatlah besar biayanya. Belum lagi ditambah bahan-bahannya sulit untuk didapatkan, dan biaya transportasi pengiriman ke Turki Utsmani yang besar. Perjanjian itu berlaku sampai dengan boneka Yahudi bernama Kemal Attaturk meruntuhkan kekhalifahan.
Semoga cuplikan sejarah yang menggambarkan konfrontasi antara Amerika dengan Khilafah di atas bisa menjadi gambaran jelas buat kita, bahwa Khilafah benar-benar negara adidaya pada masanya. Dan kita menjadi tahu, bahwa Khilafah tidak menyeramkan dan barbar seperti yang dipaparkan oleh penulis-penulis barat pada umumnya. (kl/dari berbagai sumber)