“Setiap perempuan dan laki-laki di bawah 35 tahun diperkosa dan mengalami pelecehan seksual,” tuturnya kepada The Post.
Kebohongan China
Antropolog dari Universitas Corneel, Magnus Fiskesj, yang merupakan pakar etnis minoritas di China menyampaikan awalnya China menyangkal terkait kamp dan sejumlah pengakuan ini, namun ketika dokumen dan gambar dibocorkan Barat, dan gambar satelit menunjukkan kamp dibangun di seluruh wilayah itu, Beijing merevisi ceritanya. Kini pejabat China mengaku ada upaya legal yang bertujuan melawan radikalisme dan kemiskinan yang dimaksudkan melalui pusat pendidikan ulang itu.
“Klaim China bahwa ada kamp pelatiha ulang kejuruan dan bahwa tak ada tahanan dengan paksaan di sana adalah kebohongan yang sempurna,” kata Nimrod Baranovitch, dari Departemen Jurusan Asia Universitas Haifa.
“Saya tahu secara langsung dan tidak langsung ribuan orang ditahan di kamp-kamp dan tak ada kebutuhan pelatihan kejuruan. Intelektual, profesor, dokter dan penulis hilang. Salah satu dari mereka adalah Ablet Abdurishit Berqi, mahasiswa doktor yang sebelumnya bersama kami di Haifa. Saya harap dia masih hidup,” jelasnya.
Melalui program Jalur Sutra atau proyek Belt and Road Initiative, pemerintah China membungkam negara-negara Islam atas pelanggaran HAM China atas masyarakat Uighur, karena sejumlah negara berpenduduk muslim bekerja sama dengan China dalam proyek ini. Juli lalu, surat dari 22 Duta Besar kepada Dewan HAM PBB terkait kasus Xinjiang dijawab dengan dukungan bagi China dari 37 negara, termasuk Arab Saudi, Suriah, Kuwait, dan Bahrain.
Salah satu faktor mengapa dunia tetap bungkam atas apa yang terjadi di Xinjiang karena China masih sangat tertutup dengan wilayahnya lewat cara pengawasan dan spionase, sensor internet dan jaringan sosial, pembatasan perjalanan dan melarang kontak penduduk dengan kerabat dan orang lain di luar negeri, bersama dengan kepolisian, pengawasan dan kontrol dalam skala besar. Menurut Fiskesjo, upaya-upaya ini menyembunyikan genosida yang sebenarnya.
“Anak-anak diambil dari orang tua mereka, yang dikurung di kamp konsentrasi, dan dimasukkan ke panti asuhan China,” katanya. “Perempuan di kamp menerima inokulasi yang membuat mereka mandul, orang Cina memasuki rumah-rumah pribadi dan memberantas budaya lokal, dan ada hukuman kolektif yang meluas.”
Tuduhan Pembelot
Kisah Sauytbay secara mengejutkan berubah pada Maret 2018, ketika tanpa pemberitahuan, dia diinformasikan akan dibebaskan. Kepalanya ditutup kain hitam, dibawa ke sebuah kendaraan, tapi kali ini dia dibawa pulang ke rumahnya.
Saat dibebaskan, dia diperintahkan tak menceritakan sepatah kata tentang apa yang dialami di kamp. Dia juga harus kembali sebagai direktur lima TK di daerah asalnya di Aksu. Setelah dipecat dari pekerjaannya, dia kembali diinterogasi dengan tuduhan berkhianat dan berhubungan dengan orang luar. Dia diancam akan dikirim lagi ke kamp.