Kontributor Haaretz di Swedia, David Stavrou menceritakan pertemuannya dengan Sauytbay dan dikisahkan dalam artikel panjang yang diterbitkan situs Haaretz berjudul “Jutaan Orang Ditahan di Penjara China. Saya Berusaha Kabur. Ini Kisah Apa yang Sebenarnya Terjadi di Dalam Sana,” dilansir Selasa (19/11).
Pertemuan Stavrou dengan Sauytbay berlangsung tiga kali dan salah satu pertemuan diatur Asosiasi Uighur Swedia. Dalam wawancara, muslimah keturunan Kazakhstan itu hanya menggunakan bahasa Kazakh dan Stavrou berkomunikasi dengan penerjemah. Selama wawancara, Sauytbay terlihat tenang, tapi saat mengingat kejadian menyeramkan, dia menangis. Apa yang dia kisahkan dipertegas dengan pengakuan sebelumnya oleh tahanan lain yang melarikan diri ke Barat. Pemerintah Swedia memberikannya suaka, karena testimoninya, ekstradisi ke China akan mengancam keselamatannya.
Sayragul Sauytbay |
Sebagaimana ribuan warga lainnya, terbanyak suku Uyghur, Sauytbay merupakan korban penindasan pemerintah China di Provinsi Xinjiang. Sejumlah besar kamp dibangun di wilayah itu dalam dua tahun terakhir, sebagai upaya China mengatasi apa yang disebutnya sebagai tiga kejahatan yaitu terorisme, separatisme, dan ekstremisme. Negara Barat memperkirakan, 1 sampai 2 juta penduduk Xinjiang ditahan di kamp tersebut.
Toilet dari Ember
“Akhir 2016, polisi mulai menangkap orang-orang pada malam hari, secara diam-diam,” ceritanya.
“Itu adalah masa-masa tak pasti secara sosial dan politik. Kamera dipasang di area publik; pasukan keamanan mulai menampakkan kehadiran mereka. Pada satu tahapan, sampel DNA diambil dari semua anggota minoritas di wilayah itu dan kartu SIM ponsel kami diambil. Satu hari, kami diundang ke sebuah pertemuan oleh pejabat. Di sana ada sekitar 180 orang, pegawai di rumah sakit dan sekolah. Anggota polisi, membacakan sebuah dokumen, mengumumkan bahwa pusat pendidikan ulang untuk warga akan segera dibuka, dalam rangka stabilisasi situasi di wilayah itu,” lanjutnya.