Sebanyak 11.600 jiwa penduduk Baduy tinggal di Pegunungan Kendeng dengan luas 5.100 Ha. Mereka terbagi ke dalam 65 perkampungan. Meski begitu, upaya mencegah virus corona masuk ke dalam desa memang sudah terasa sejak di Tugu Selamat Datang daerah Ciboleger.
Bermacam peringatan bahaya corona itu terus disampaikan hingga ke Kampung Belimbing, Kampung Morango sampai Kampung Gazebo. Selain itu, masyarakat Baduy memang ketat dalam menerapkan protokol kesehatan dengan memakai masker, menjaga jarak dan mencuci tangan (3M) guna mencegah penularan virus corona.
Para tetua adat setempat bahkan turun tangan mengimbau masyarakat Baduy tidak ke luar daerah, terutama daerah zona merah penyebaran Covid-19. Kondisi ini berdampak besar sehingga menjadikan Baduy nol kasus Covid-19. Memang selama ini masyarakat Baduy lebih banyak di rumah dan ladang untuk mengembangkan pertanian.
Berada di tengah Desa Adat Baduy saat pandemi corona, suasana seakan masih normal. Hilir mudik warga masih beraktivitas biasa. Banyak warga adat berjalan dan berinteraksi sesama. Tidak ada rasa takut maupun canggung. Mereka tetap nyaman bersama meski sebagian besar tidak menggunakan masker.
Walau terlihat aman, masyarakat Baduy tetap sangat waspada. Apalagi di luar pemukiman Baduy Luar wilayah Ciboleger, terdapat warga positif covid-19. Jaraknya hanya sekitar 300 meter dekat pintu masuk desa adat. Tentu kondisi ini membuat mereka menjadi sangat berhati-hati.
Warga adat Baduy memang dikenal sebagai pekerja keras. Segala aktivitas mereka selalu selaras dengan alam sekitar. Semua selalu mengacu pada pada tradisi dari para leluhur. Sehingga menjadikan mereka orang yang sehat dan memiliki kekuatan fisik terbilang prima.
Berjalan kaki naik turun bukit untuk bercocok tanam di ladang menjadi hal biasa mereka lakukan. Jarak dari rumah ke ladang bisa lebih dari 3 kilometer. Semua ditempuh dengan jalan kaki. Kebiasaan ini merupakan salah satu yang membuat imunitas warga Baduy tergolong kuat.