Berbagai macam media, menyebutkan bahwa perang yang sesungguhnya terjadi di Afghanistan dimulai pada Februari 2010 ketika NATO, dengan serius dan harga diri yang tersisa, meluncurkan Operasi Moshtarak di provinsi Helmand.
Bayangkan, operasi ini melibatkan gelombang 30.000 tentara AS dan diklaim sebagai operasi militer terbesar sejak invasi tahun 2001.
Simpang siur tampak terlihat jelas dalam operansi operasi ini. Pecah-belah ide dan rencana untuk operasi tidak berjalan sama; antara meraih hati dan pikiran rakyat sebagai bagian dari operasi kontra-pemberontakan klasik dan juga serangan frontal secara langsung. Walaupun sebenarnya kemudian, dua bulan setelah Februari, apapun metode yang dijalankan, hasilnya tetaplah sama. Karena, seperti yang terjadi, kenyataan di lapangan tidaklah sama dengan retorika.
Lebih dari 400 orang Afghanistan dari Marjah, Lashkar Gah dan Kandahar, diwawancarai oleh Dewan Internasional tentang Keamanan dan Pembangunan (Icos) pada Maret 2010, dan menghasilkan laporan berikut ini.
Penelitian Icos di lapangan menunjukkan bahwa Operasi Moshtarak telah menyebabkan kemarahan rakyat Afghan dalam tingkat yang paling tinggi. Sekitar 61% dari mereka yang diwawancarai merasa sangat benci terhadap pasukan NATO dari waktu sebelum serangan militer diluncurkan.
Dengan kata lain, tujuan memenangkan "hati dan pikiran rakyat" – salah satu prinsip dasar strategi kontra-pemberontakan, sama sekali tidak terpenuhi.
Temuan-temuan dalam laporan ini mengungkapkan tiga kunci "pelajaran" yang sangat menohok: rekrutmen Taliban tampaknya masih sangat efektif; persoalan pengungsi; dan pengelolaan dinamika politik akar rumput.
Keluhan langsung dari rakyat Marjah yang ditampung oleh Taliban, tampaknya telah mendorong para pemuda Afghan untuk bersama-sama bersama Taliban menyongsong pasukan asing. Dari mereka yang diwawancarai, 95% anak muda diyakini telah bergabung dengan Taliban dalam setahun terakhir, dan 45% dari mereka menyatakan mereka marah pada pendudukan NATO, korban sipil dan serangan malam.
Operasi Moshtarak tampaknya telah menjadi blunder dan bumerang yang makan tuan. Operasi ini dan operasi serupa di masa mendatang menyediakan alat propaganda yang sempurna untuk digunakan oleh Taliban dalam strategi perekrutan. Itulah yang sama sekali tidak dipikirkan dan diperhitungkan oleh siapapun.
59% dari mereka yang diwawancarai percaya Taliban akan kembali ke Marjah setelah Operasi. 67% sama sekali tidak mendukung kehadiran NATO-ISAF di provinsi mereka dan 71% menyatakan bahwa mereka ingin pasukan NATO pergi. (sa/afghanvoice)