Presiden Soekarno, pada tanggal 28 Mei 1965 mengemukakan kepada para Panglima Militer bahwa ia menemukan bukti-bukti mengenai rencana Nekolim (Neo Kolonialisme) untuk membunuhnya. Menteri Luar Negeri/Kepala Badan Pusat Intelijen (BPI) Dr. Subandrio dan Menteri/Panglima Angkatan Darat Letjen Ahmad Yani, katanya, juga termasuk tokoh yang menjadi sasaran pembunuhan. Bila rencana tersebut gagal, tentara Nekolim (maksudnya Inggris dan Malaysia) akan menyerbu Indonesia dengan bantuan kaki tangan mereka.
Sejak pernyataan Presiden Soekarno itu, beredar desas-desus di Jakarta mengenai adanya Dewan Jenderal yang anggotanya terdiri atas sejumlah perwira tinggi AD yang tidak loyal kepada Bung Karno. Seperti bunyi pepatah Jawa, ”sedawa-dawane lurung, isih dawa gurung.” Artinya, betapa pun panjangnya lorong, masih tetap lebih panjang kerongkongan yang menghasilkan desas-desus, pergunjingan, dan sejenisnya. Demikianlah, desas-desus tersebut semakin santer dengan adanya dokumen yang menyebutkan sekelompok perwira AD akan membantu pasukan Inggris dan AS menyerbu Indonesia.
Menurut Yoga Sugomo, diperkirakan atau patut diduga, dengan maksud memperoleh liputan internasional, Menlu/Kepala BPI Subandrio memberitahukan penemuan dokumen bertanggal 25 Maret 1965 itu kepada wartawan surat kabar Al Ahram di Kairo. Dokumen tersebut, katanya, berupa surat Dubes Inggris di Jakarta, Gilchrist, yang ditujukan kepada Sekretaris Muda Kementerian Luar Negeri Inggris, Sir Harold Casia.
Beberapa Jenderal yang didesas-desuskan tidak loyal kepada Bung Karno itu yang juga diisukan menjalin kerja sama dengan pihak asing. Desas-desus yang berbau tuduhan itu, bila dibiarkan, hanya akan menyeret konfrontasi yang lebih jauh dengan Malaysia, suatu keadaan yang sama sekali tidak diinginkan karena hanya akan menguntungkan strategi PKI. Namun, melakukan bantahan secara terbuka merupakan tindakan yang juga tidak bijaksana.
Pidato-pidato Presiden Soekarno yang dikenal menggelegar berhasil memompakan semangat rakyat melawan Malaysia. Salah satu pidatonya yang disiarkan Radio Republik Indonesia (RRI) adalah: ”Jawabanku atas bantuan aktif yang diberikan Amerika Serikat kepada Malaysia ialah: Kita tidak takut, Kita tidak akan dapat ditakut-takuti. Walaupun negara imperialis yang lain juga memberikan bantuan aktif kepada Malaysia, kita sebagai kekuatan internasional di kalangan negara-negara Nefos (The New EmergingForces), dengan rakyatnya sebanyak dua miliar jiwa, kita akan bersama-sama menghadapi negara-negara imperialis ini.” ( Nomer 1 dari 5, dikutip dari buku: Jenderal Yoga, Loyalis di Balik Layar halaman 50 – 54).(kl/teropongsenayan)
Penulis: Bambang Wiwoho