BPS adalah sebuah perkumpulan yang bertujuan melawan serta membendung pengaruh PKI terhadap Bung Karno yang semakin kuat, dengan jalan menggalang kekuatan nonkomunis, serta menyebarluaskan tulisan-tulisan yang mengangkat orisinalitas pemikiran Bung Karno. BPS diprakarsai antara lain oleh B.M. Diah, Adam Malik, Sayuti Melik, Sukowati, dr. Amino, Djoehartono, dan didukung secara tidak langsung oleh Menteri Penerangan Achmadi serta Panglima Angkatan Darat Ahmad Yani. Atas desakan PKI, bersama PNI, Partindo, dan organisasi- organisasi massanya, pada tanggal 17 Desember 1964, Bung Karno membubarkan BPS.
Sehari setelah rapat umum “Maju Tak Gentar” tadi, Menteri Penerangan Achmadi menutup 21 media massa, disusul delapan media massa sebulan berikutnya. Tak pelak lagi, hal tersebut kian menyulut pertentangan dan menjadi bahan perbincangan yang luas. Penutupan media massa antikomunis tadi juga mendapat perlawanan dari para perwira tinggi Angkatan Darat dengan menampung sejumlah wartawan dari media-media yang diberangus untuk bekerja dalam surat kabar baru, yaitu Berita Yudha dan Angkatan Bersenjata.
Sementara itu, organisasi-organisasi massa pendukung PKI sangat aktif melakukan aksi-aksi yang semakin memanaskan situasi. Pada tanggal 28 Februari, misalnya, sekelompok demonstran menyerbu tempat kediaman Dubes AS di Jakarta, Howard Jones. Disusul pada tanggal 1 April, demonstran menyerbu vila milik Willam (Bill) Palmer di Gunung Mas.
Palmer adalah manajer Gabungan Importir Film Amerika (Association of American Film Importers) yang dituding PKI sebagai agen Badan Intelijen Amerika Central Inteligence Agency (CIA). Ia juga menjabat sebagai Direktur American Motion Picture Association in Indonesia (AMPAI). Kampanye anti AMPAI juga dilakukan secara intensif dengan tuduhan bahwa Palmer melakukan kontak-kontak rahasia dengan sejumlah perwira militer Indonesia untuk kepentingan CIA.