*Sebuah buku yang pengarangnya tertulis Anonim, penerbit Pustaka Thariqul Izah (2009) telah menguraikan seputar Khilafah dan Jejak Kesultanan Islam Nusantara. Menarik untuk disimak bahwa hubungan Internasional telah dilakukan Kekhaliifahan Islam terakhir hingga ke pesisir Nusantara dan membangun sendi-sendi kekhilafahan dalam tubuh Kesultanan Islam di Nusantara
Semenanjung Aceh telah tersentuh Khilafah Islamiyah dan beberapa wilayah lain Nusantara sejak abad 8
Beberapa bukti dan dokumen sejarah dapat mengabarkan kepada kita bahwa syariat Islam pernah diterapkan di Indonesia sejak masuknya Islam pada abad 8 Masehi di Nusantara. Secara politik, syariat Islam sudah dilegalisasikan di dalam kekuasaan , seiring dengan berdirinya pertama kali kekuasaan Islam di Nusantara yaitu Kesultanan Islam Perlak (840-1292) , dimana Sultan yang pertamanya adalah sultan Alauddin syed Muhammad Abdul Aziz syah, yang berasal dari jazerah Arab. Pada saat pemerintahannya , ia mengganti nama ibukota kesultanan dari Bandar Perlak menjadi Bandar Khalifah.
Berakhirnya kesultananan Perlak ditandai dengan penyatuannya dengan Kesultanan Pasai (1267-1521) pada masa Sultan Malik Az-Zahir, putra dari Sultan Malikus Saleh. Kejadian itu menjelang berakhirnya Kesultanan Pasai Aceh yang usianya yang cukup panjang (1496 -1903 M)
Ini berarti di kawasan Aceh saja , Islam pernah hidup dan diterapkan di dalam institusi politik sekitar 1000 tahun, yaitu sejak berdirinya Kesultanan Perlak sampai runtuhnya Kesultanan Aceh. Belum lagi jika kita menengok sejarah Islam yang ada di bagian lain Pulau Sumatera, atau di Pulau Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku hingga ke Ternate, Tidore, Tual dan Papua. Semuanya menunjukkan bahwa sejarah Nusantara tidak bisa dipisahkan dengan Islam. Tidak salah kiranya jika kita mengatakan bahwa masa keemasan nusantara ada pada masa kesultanan-kesultanan Islam hidup, jauh sebelum kedatangan kaum kolonialis yang memecah belah dan menghancurkan kehidupan masyarakat di Nusantara.
Islam bukan hanya memberikan spirit kepada Nusantara dan kaum Muslim yang hidup di dalamnya, lebih dari itu Islam mewarnai dan memberinya karakter kepada masyarakat Muslim Nusantara. Islam-lah yang telah mengeluarkan masyarakat Nusantara dari kegelapan, dari penyembahan kepada berhala dan dewa-dewa menuju penyembahan terhadap Allah semata. , membebaskan dari kesukuan dan kebangsaan menuju kesatuan masyarakat yang diikat oleh akidah Islam dan ukhuwah Islamiyah (persaudaraan karena seaqidah Islam). Islam pula yang mengajarkan kepada masyarakat Muslim Nusantara secara praktis tentang wajibnya bersatu di dalam satu kekuasaanpolitik ,yaitu Khilafah.
Ajaran Islam telah memompa semangat perlawanan jihad fi sabilillah, ketika Nusantara dibanjiri oleh para pendatang eropa yang notabenenya merupakan kolonialis (kaum penjajah). Diawali dengan kedatangan Portugis, VOC Belanda, Inggris sampai masa pendudukan Jepang (sejak tahun 1602-1945)
Pada masa itu , keberadaan Negara Khilafah Islam , terutama kekhilafah Islam Utsmaniyah yang berpusat di Istanbul Turki, tidak bisa diabaikan dalam membantu Kesultanan-kesultanan Islam dalam mengursir para penjajah dari bumi Nusantara. Ini juga memperlihatkan betapa kesultanan-kesultanan Islam Nusantara telah berperan di dalam kancah islam Nusantara di dalam kancah politik lokal, regional dan global dan mempunyai hubungan yang erat dengan Negara khilafah turki Utsmani. Dengan ini terjawab bahwa berbagai upaya penolakan terhadap syariat Islam dan keberadaan Negara Khilafah , merupakan sikap dan tindakan ahistoris. Sungguh didalam perjalanan sejarah bangsa-bangsa dan berbagai umat yang ada, semua itu menjadi pelajaran yang berharga bagi orang yang mau berfikir.
Allah SWT berfirman dalam Surat Al An’am : 6
“..Apakah mereka tidak memperhatikan , berapa banyaknya generasi-generasi yang telah kami binasakan sebelum mereka, padahal (generasi itu) telah Kami teguhkan kedudukan mereka di muka bumi, yaitu keteguhan yang belum pernah kami berikan kepadamu, dan Kami curahkan hujan yang lebat atas mereka, dan Kami jadikan sungai-sungai mengalir di bawah mereka, kemudian Kami binasakan mereka karena dosa mereka sendiri, dan Kami ciptakan sesudah mereka generasi yang lain…”
(Bersambung)