Eramuslim.com – Jatuhnya Kabul oleh Taliban saat ini mengingatkan kita bagaimana intervensi militer AS pada perang Vietnam silam yang menandai peristiwa runtuhnya Saigon. Perang itu terjadi antara Vietnam Utara dan Vietnam Selatan yang secara pemerintahan sama-sama berhaluan komunis. Namun dalam kontek ini, AS secara prinsip bersekutu dengan Vietnam Selatan.
Runtuhnya Saigon ditandai dengan pengendalian dan penguasaan Vietnam Utara dengan dukungan milisi Viet Cong terhadap ibu kota Vietnam Selatan. Persisnya, Vietnam dikendalikan Viet Cong dan Vietnam Utara pada 30 April 1975.
Dalam terang peristiwa tersebut, tergambar jelas bahwa Vietnam menjadi kasus yang unik. Bagimana tidak. Negara tersebut secara budaya, sejarah dan politik Vietnam jauh di bawah AS. Namun, negara Paman Sam tersebut mendapatkan perlawanan yang gigih dan luar biasa dalam perang Vietnam tersebut. Sindrom jatuhnya Saigon telah membuka lembaran sejarah baru AS menyusul jatuhnya Kabul oleh Taliban. Dalam konteks ini, AS telah mengulangi kesalahan Vietnamnya di tempat lain, yaitu Afghanistan.
Jatuhnya Kabul oleh Taliban secara langsung atau tidak langsung menandai lonceng kematian simbolis AS dari kredo eksepsionalisme dan ekspansionalismenya. Kredo eksepsionalisme AS banyak dinyatakan pemimpin AS sebagai bentuk kebanggaan terhadap bangsanya yang menganggap lebih spesial dibanding negara lain. Sementra kredo ekspansionalisme AS secara sederhana bisa diartikan bagaimana upaya AS menguasai atau menjajah sua objek untuk tujuan tertentu.