Eramuslim.com – Jasmerah. Jangan sekali-kali tinggalkan sejarah. Demikian pesan Bung Karno. Sebab itu Eramuslim di bawah ini akan menampilkan kembali tulisan Djoko Edhi Abdurrahman, Anggota Komisi III DPR (2004-2009), Advokat, Wasek Lembaga Penyuluhan Bantuan Hukum PBNU, mengenai sepak terjang Pater Beek dalam kancah politik nasional Indonesia semata-mata sebagai bahan analisa dan diskusi, dalam tiga bagian. Artikel ini merupakan salinan utuh yang telah di muat website Teropong senayan (www.teropongsenayan.com) pada hari Selasa, 22 Okt 2019 – 20:57:29 WIB, dan juga banyak media lainnya di Indonesia, seperti www.jaringanaceh.co-id dan lainnya. Berikut artikelnya:
*
Pater Beek sudah meninggal 1983. Tapi jaringannya, yang terdiri dari CIA, Katolik Roma, PMKRI Radikal, Kasebul, Tentara Jesuit, dan CSIS sendiri sedang dalam masa puncak kemampuan penghancuran, seiring periode kedua Presiden Jokowi.
Setelah menghancurkan Komunis Indonesia, target jaringan itu adalah penghancuran Islam Indonesia. Maka ketika Jokowi naik jadi presiden kedua kalinya, perhatian saya tercurah ke jaringan pemusnah Pater Beek yang makin massif. Tadinya dibahas di PN1. Jaringan ini menguasai Densus 88, penyidik KPK, Katolik PDIP, dan kelompok bisnis papan atas Hoaqiau.
Dalam sejumlah diskusi, tak ada perbedaan pendapat bahwa jaringan pemusnah Pater Beek itu, adalah ancaman bagi aktivis Islam. Setelah komunis dipunahkan, sesuai target Pater Beek, adalah penghancuran Islam.
Penghancuran Islam sudah dimulai sejak Orba, dan successfull. PPP dihabisi oleh Golkarnya Pater Beek, kini tinggal parpol marginal yang tak punya makna bagi Komunitas Islam.
Periode Kedua Jokowi, adalah kemenangan jaringan Pater Beek melawan gerakan Islam dengan PDIP sebagai ruling party yang sukses menundukkan semua parpol koalisi. Bahkan berhasil menarik Prabowo Subianto, panglima perang yang kabur dari medan perang 02 itu ke koalisi 01. Memalukan!
Saya mengutip artikel anonim untuk mengenalkan Pater Beek, pendiri CSIS dan pendiri Sekbergolkar. Tanpa mengenal Pater Beek, niscaya gagal memahami peta pertarungan Islam versus Katolik di global village pada FGD mendatang. Katolik di situ harus dibaca Freemason, juga Barat, yang sangat paranoid akan bangkitnya Khilafah Islamiyah dari Indonesia, setelah dua kali Perang Dunia pecah gegara Khilafah Islamiyah.