Herawati mengungkapkan, Pemerintah Indonesia bisa mulai meningkatkan kewaspadaan terhadap ancaman bioterorisme di kalangan militer, dan meningkatkan kerja sama antara pihak militer dan pemangku kepentingan dalam bidang kesehatan masyarakat
Ada Tiga Kategori Bio-Agents
Saat ini dibawah hukum Amerika Serikat, bio-agen yang telah dinyatakan oleh Departemen Kesehatan (U.S. Department of Health) dan Layanan Manusia atau Departemen Pertanian AS (Human Services or the U.S. Department of Agriculture) memiliki “potensi menimbulkan ancaman berat terhadap kesehatan masyarakat dan keselamatan”, secara resmi telah didefinisikan sebagai “agen pilihan” (select agents).
CDC (Centers for Disease Control and Prevention) dari AS mengkategorikan agen ini A, B atau C, dan mengelola Program Agen Pilihan (Select Agent Program), dengan mengatur laboratorium yang mungkin memiliki, menggunakan, atau mentransfer agen pilih di Amerika Serikat.
Seperti upaya AS untuk mengkategorikan narkoba berbahaya, virus desainer belum dikategorikan dan flu burung H5N1 telah terbukti dapat mencapai kematian yang tinggi berkat komunikasi antar manusia di laboratorium.
1. Kategori A
Agen prioritas tinggi ini menimbulkan risiko bagi keamanan nasional, dapat dengan mudah ditularkan dan disebarluaskan, mengakibatkan kematian yang tinggi, memiliki potensi dampak kesehatan masyarakat yang luas, dapat menyebabkan kepanikan publik, atau memerlukan tindakan khusus untuk kesiapan kesehatan masyarakat. Kategori A ini termasuk:
- Tularemia or “rabbit fever” (Tularemia atau “demam kelinci”)
- Anthrax
- Smallpox (cacar)
- Botulinum toxin (racun Botulinum)
- Bubonic plague (penyakit pes)
- Viral hemorrhagic fevers (Demam virus hemorrhagic)
2. Kategori B
Agen kategori B yang cukup mudah untuk disebarkan dan memiliki tingkat kematian rendah. Yaitu:
- Brucellosis (Brucella species)
- Toxin Epsilon dari Clostridium perfringens
- Food safety threats (ancaman keamanan pangan) misalnya, spesies Salmonella, E coli O157: H7, Shigella, Staphylococcus aureus
- Glanders / Burkholderia mallei (penyakit ingusan)
- Melioidosis / Burkholderia pseudomallei
- Psittacosis / Chlamydia psittaci
- Q fever / Coxiella burnetii (Demam Q)
- Ricin, toxin dari Ricinus communis (castor beans)
- Toksin Abrin dari Abrus precatorius / Rosary peas (Racun Abrin dari saga rambat / kacan polong Rosary)
- Staphylococcal enterotoxin B
- Typhus (Rickettsia prowazekii)
- Viral encephalitis / alphaviruses, misal: Venezuelan equine encephalitis (ensefalitis kuda Venezuela), eastern equine encephalitis (ensefalitis kuda timur), western equine encephalitis (ensefalitis kuda barat)
- Water supply threats (Ancaman pasokan air), misalnya Vibrio cholerae, Cryptosporidium parvum)
3. Kategori C
Agen patogen Kategori C adalah patogen yang direkayasa dan keberadaannya sengaja untuk penyebaran secara massal (mass dissemination) dan bahan patogen ini mudah produksi juga mudah penyebarannya serta memiliki tingkat kematian yang tinggi, atau memiliki kemampuan untuk menyebabkan dampak kesehatan utama. Diantaranya adalah:
- Virus Nipah
- Hantavirus
- SARS
- H1N1, varian dari influenza (flu)
- HIV / AIDS
Daftar Bioterrorism Agents/Diseases (Alpabetical) versi CDC
Sedangkan versi CDC (Centers for Disease Control and Prevention) dari Amerika Serikat, mengeluarkan Emergency Preparedness and Response berikut daftar Bioterrorism Agents/Diseases berdasarkan alphabetical adalah sebagai berikut:
A
B
- Bacillus anthracis (anthrax)
- Botulism (Clostridium botulinum toxin)
- Brucella species (brucellosis)
- Brucellosis (Brucella species)
- Burkholderia mallei (glanders)
- Burkholderia pseudomallei (melioidosis)
C
- Chlamydia psittaci (psittacosis)
- Cholera (Vibrio cholerae)
- Clostridium botulinum toxin (botulism)
- Clostridium perfringens (Epsilon toxin)
- Coxiella burnetii (Q fever)
E
- Ebola virus hemorrhagic fever
- E. coli O157:H7 (Escherichia coli)
- Emerging infectious diseases such as Nipah virus and hantavirus
- Epsilon toxin of Clostridium perfringens
- Escherichia coli O157:H7 (E. coli)
F
- Food safety threats (e.g., Salmonella species, Escherichia coli O157:H7, Shigella)
- Francisella tularensis (tularemia)
G
L
M
P
- Plague (Yersinia pestis)
- Psittacosis (Chlamydia psittaci)
Q
R
- Ricin toxin from Ricinus communis (castor beans)
- Rickettsia prowazekii (typhus fever)
S
- Salmonella species (salmonellosis)
- Salmonella Typhi (typhoid fever)
- Salmonellosis (Salmonella species)
- Shigella (shigellosis)
- Shigellosis (Shigella)
- Smallpox (variola major)
- Staphylococcal enterotoxin B
T
- Tularemia (Francisella tularensis)
- Typhoid fever (Salmonella Typhi)
- Typhus fever (Rickettsia prowazekii)
V
- Variola major (smallpox)
- Vibrio cholerae (cholera)
- Viral encephalitis (alphaviruses [e.g., Venezuelan equine encephalitis, eastern equine encephalitis, western equine encephalitis])
- Viral hemorrhagic fevers (filoviruses [e.g., Ebola, Marburg] and arenaviruses [e.g., Lassa, Machupo])
W
- Water safety threats (e.g., Vibrio cholerae, Cryptosporidium parvum)
Y
(Sumber: Kompas.com / Nationalgeographic.co.id / wikipedia / cdc.gov / berbagai sumber / editor: IndoCropCircles)