Belum lagi yang paling utama adalah Amerika memiliki 54 aliansi pertahanan lewat perangkat NATO. Sedangkan Cina hanya memiliki Lima aliansi utama. Dan ini juga nantinya akan berdampak terhadap penempatan-penempatan arsenal kekuatan militer Amerika yang lebih diuntungkan karena mempunyai pangkalan-pangkalan yang bisa lebih dekat ke daratan Cina. Sedangkan kemampuan untuk menjangkau Amerika itu masih sangat jauh. Singkatnya, masih sulit Cina untuk mengalahkan Amerika secara kekuatan militer. Bagaimana efeknya bagi Indonesia?
Bila kita melihat dampak fisiknya. Okelah kita tidak tau, namanya orang nekat perang, apa sih dampaknya secara fisik. Fisiknya itu diradio aktif. Ada kemungkinan karena nuklir itu bisa memancarkan partikel-partikel radio aktif yang tersebar melalui udara. Kenapa? Karena perang di kawasan itu hanya berjarak 2200 kilometer dari Papua dan 4700 kilometer dari Jakarta. Bila terkontaminasi banyak, bisa mutasi genetik. Saya tidak tau apakah ini bohong atau tidak, tapi yang bicara adalah orang Bapeten yang bicara di Kemhan sekitar bulan Juni.
Jadi bagaimana solusinya. Sampai hari ini posisinya alhamdulillah Indonesia masih belum punya alat detektor radio aktif untuk udara. Tetapi di tahun 2018 sudah dianggarkan untuk 6 lokasi, Makassar dan arahnya lebih ke kiri ke arah utara yang akan dioperasikan BMKG. Itu sudah dianggarkan untuk digunakan oleh Bapeten, itu di Komisi VII kalau tidak salah.
Jadi paling tidak dalam politik anggaran, kita sudah mulai ada konsideran terhadap hal tersebut. Walaupun jangan dilihat dari nilainya masih kalah dengan dana desa. Tapi saya boleh sampaikan disini kalau ada yang pernah mendengar bahwa kita memulai pembangunan dari desa.