Anehnya pembangunan infrastruktur ini terjadi di tengah krisis ekonomi global, penduduk miskin di dunia bertambah semakin pesat, pengangguran semakin luas, daya beli sebagian besar penduduk dunia merosot, Negara negara menghadapi masalah utang yang sangat besar. Demikian juga dengan perusahaan perusahaan mengahadapi utang yang sangat besar.
Utang global yang terbentuk sampai dengan saat ini mencapai 130 triliun dolar, atau mencapai rata rata 220 % dari Gross Domestic Produk (GDP) yang saat ini hanya sebesar 60 triliun dolar AS.
Namun pembangunan infrastruktur terus di dorong, pembangunan properti semakin merajalela, sumber dananya dari mana ? dari utang yang sangat besar. Pembangunan infrastruktur dijadikan sebagai landasan menciptakan pasar utang, menciptakan ruang bagi pasar investasi, menciptakan pasar bagi barang dan jasa jasa. Mengapa?
Pendanaan infrasrukur dengan menggunakan utang sampah merupakan konsekuensi peningkatan level krisis keuangan global, yang saat ini sedang berhadapan dengan tiga masalah fundamental, yang tidak mungkin terselesaikan tanpa ada sebuah guncangan perang besar.
Pertama : krisis overproduction yakni kelebihan kapasitas produksi global yang tidak akan mampu diserap oleh pasar. Kondisi ini akibat efesiensi luar biasa dari industri, penggunaan tehnologi, rekayasa genetika dan penemuan penemuan baru yang mampu memompa produksi, namun menekan penggunaan tenaga kerja dan minimalisasi upah.
Hampir seluruh sektor mengalami overproduksi, seperti pangan, energi, besi baja, elektronik, outomotif, tekstil, dan lain sebagainya. Produk produk tersebut melimpah namun pada sisi lain pasar tidak dapat menyerapnya. Sementara upaya peningkatan kapasitas pasar dengan mendorong perdagangan bebas, pembukaan pasar, regionalisme, tidak mendapat hasil significant.
Dalam kasus Indonesia overproduksi global telah memukul industri nasional akibat liberalsiasi perdagangan, penghapusan seluruh hambatan atau barrier seperti tarif dan proteksi. Dalam kasus Indonesia memang ada penomena aneh yakni harga barang kebutuhan hidup pada tingkat global menurun, namun di Indonesia justru meningkat. Hal ini menunjukkan level pengurasan ekonomi dan keuangan rakyat di Indonesia yang sangat intensif jauh lebih dalam dibandingkan negara atau kawasan lain di dunia.