“Sangat boleh. Lha, orang-orang yang diarahkan itu sendiri yang datang mengadu ke saya. Bukan bukti tertulis lagi. Orangnya sampai bersumpah. Jangan lupa berat bersumpah di Tanah Suci ini,” sambungnya.
Wawancara ini berlangsung di tengah silaturahmi yang diikuti seluruh tamunya. Irgi surprise dan lega mendengakan HRS melayani wawancara saya. “Silahkan Pak Ilham mau tanya apa saja saya layani. Bebas,” sambut HRS. Ini yang bikin Irgi surprise. Tidak menyangka Habib sehangat dan seterbuka itu. Berbanding terbalik dengan info dari inner circlenya. Saya sempat mencari-cari wajah pengawalnya yang sebelumnya menutup pintu untuk wawancara.
Ulama Turun Gunung
Bercerita dengan latar belakang dan contoh ketidakadilan penegak hukum, keturunan Sayidina Ali ini melanjutkan soal Ijtima Ulama tempo hari.
Menurutnya, kondisi berbangsa dan bernegara kita yang makin parah itulah membuat para Ulama, Habib, santri turun gunung. Mendorong diselenggarakan Ijtima Ulama. Mereka mendambakan perubahan. Mengganti pimpinan nasional melalui sarana konstitusi, yaitu Pemilu.
“Belum pernah dalam sejarah Indonesia para Ulama dan Habib turun langsung ke ranah politik untuk membuat perubahan. Selama ini, peran itu dimainkan oleh para mahasiswa,” jelasnya.
Hal utama dan terutama yang menjadi putusan Ijtima Ulama tempo hari adalah mewujudkan penegakan hukum yang berkeadilan dan memerangi kemungkaran. Cara itu harus ditempuh dengan mengganti Jokowi.
Untuk penggantian Jokowi, diputuskanlah untuk mendorong Prabowo Subianto sebagai calon presiden. Jadi jangan salah, Prabowo-Sandi jadi Presiden dan Wakil Presiden itu sebagai “alat” untuk mencapai tujuan. Bukan tujuan Ijtima Ulama. InsyaAllah kalau Prabowo-Sandi menjadi presiden dan wakil presiden, kita pun akan mengawal dia supaya on the track, tidak melenceng. Kalau melengceng juga, yang kita kritisi keras juga.
Semua tamu sejak masuk rumah HRS harus menyerahkan ponsel, kamera kepada petugas. Alat komunikasi dan kamera itu disimpan berjejer di atas meja terbuka yang tampak dan dapat dilihat oleh pemiliknya. Itu salah satu ketentuan atau prosedurnya. Nanti setelah acara, ponsel itu boleh diambil untuk berfoto dengan tuan rumah.
Semula saya ingin protes. Seperti perlakuan kepada kami -sekitar sepuluh pemimpin redaksi- alami waktu menghadiri undangan makan malam Presiden Jokowi di Istana. Semua ponsel diminta Paspamres di pos penjagaan. Kami protes karena itu pengalaman pertama kami hadapi. Sebelumnya tidak.
Tapi protes ke pengawal HRS saya urungkan. Pertimbangannya, pertama, memang bukan tuan rumah yang berinsiatif mengundang, kami lah yang ingin bertemu. Kedua, memahami pengalaman traumatis dia beberapa kali dikerjai penyusup. Ketiga, HRS orang tak berdaya, tidak memiliki kekuasaan apa-apa. Beda dengan Presiden Jokowi yang memiliki kekuasaan penuh, yang mestinya tidak perlu memelihara kekhawatiran.
Selesai acara bincang-bincang yang dilanjutkan salat Ashar berjamaah, kini giliran foto bersama. Saya bangun menuju ruang sebelah mencari isteri yang berbincang dengan Umi Syarifah. Tiba-tiba terdengar suara memanggil, suara HRS. Saya berputar. Rupanya formasi foto bersama seluruh jamaah sudah tersusun rapi. “Ayo Pak Ilham, ayo di sini. Teman- teman, kasih jalan, biar beliau berfoto di samping saya,” panggil pria kelahiran Jakarta 1965 itu.
Klik. Selesai. Tamu-tamunya mengusulkan foto sekali lagi, dengan pose mengacungkan dua jari.
“Ayo, semua yah. Kecuali Pak Ilham. Sebagai wartawan, kita harus hormati pendiriannya, meski tidak sejalan dengan kita,” HRS sendiri berseru begitu. Saya tersanjung dengan statement sepotong itu. Demokratis sekali. Ya, Allah, semoga Habib Rizieq Shihab dan keluarga senantiasa mendapatkan petunjuk dan bimbinganMu. Dijaga kesehatannya, dan dirawat Iman Islamnya. []
Penulis: Ilham Bintang, wartawan senior.
Madinah, Jumat, 5 April. [rmol]
ERAMUSLIM DIGEST EDISI 8, SATANIC FINANCE, PENJAJAHAN BERBASIS KEUANGAN, BEST SELLER BUKU PEKAN INI…, “jelas sekali buku ini mengurai penyebab asal muasalnya , pantaslah negeri Indonesia menjadi seperti ini…” PESAN SILAHKAN WA/SMS KE 085811922988.
INI LINK NYA : https://m.eramuslim.com/resensi-buku/the-satanic-finance-eramuslim-digest-edisi-8.htm