Ada beberapa desas-desus akhir-akhir ini menyatakan bahwa Hamas bersedia untuk mengakui Israel dengan imbalan pembentukan negara Palestina di Tepi Barat, Jalur Gaza dan Jerusalem Timur.
Beberapa situs anti-Hamas memanjakan sejumlah kecil kesombongan dan disinformasi, dan dengan secara efektif merayakan pembalikan dugaan mengenai ideologis Hamas. Selain itu, beberapa juru bicara Fatah diberitakan mereka mengklaim bahwa Hamas dan Fatah sekarang bermitra. Bahkan Hezbutahrir menyebutkan Hamas telah mengikuti jalan Fatah dan meninggalkan jalan Islam.
Kebenaran masalah ini; bahwa pengakuan Hamas akan Israel, entitas Zionis yang mengklaim Palestina sebagai tanah air Yahudi, merupakan garis merah terakhir. Yang berarti bahwa gerakan pembebasan Islam ini tidak akan pernah mengakui entitas Israel?
Hamas tidak mengakui keberadaan fisik Israel, tetapi tidak melampirkan legitimasi moral untuk eksistensi itu. Ini bersifat pengakuan non-prinsip bahwa pengakuan terhadap Zionis bukanlah posisi taktis atau tawar yang mungkin berubah tergantung pada perkembangan politik. Ini adalah masalah agama untuk Hamas dan semua Muslim lain yang memahami agama mereka secara serius.
Karena itu, Hamas bukan sebuah gerakan fleksibel yang mengadopsi satu set slogan kosong. Gerakan ini berulang kali menyatakan kesediaannya untuk menerima gencatan senjata atau modus vivendi dengan Israel dalam jangka waktu tertentu dalam pertukaran sandera, bukan untuk pembentukan negara Palestina dan teritorial yang berdekatan.
Perdana Menteri Hamas, Ismail Haniya mungkin secara tendensius disalahpahami ketika ia baru-baru ini mengatakan bahwa gerakan ini akan menerima hasil referendum apapun yang berkaitan dengan proses perdamaian dengan Israel. Maksud Haniya sebenarnya adalah bahwa Hamas tidak akan menggunakan segala cara tidak demokratis untuk memaksa visi pada rakyat Palestina.
Kenyataan, pengakuan legitimasi terhadap Israel bagi Hamas sama saja dengan semacam penghujatan atau bahkan murtad. Ini berarti pengakuan bahwa narasi sejarah Israel adalah benar sedangkan narasi sejarah Palestina salah. Ini juga berarti bahwa Palestina secara historis tidak pernah menjadi milik rakyat Palestina, dan otomatis jika begitu telah menjadi penghuni liar yang tinggal di tanah yang bukan milik mereka.
Jika Hamas melakukan ini, maka Zionisme adalah terbukti benar dan bahwa pembunuhan terhadap rakyat Palestina, pembersihan etnis mereka dari Palestina dan pengusiran ke empat penjuru dunia itu, juga sah.
Menariknya, bahkan orang-orang Palestina yang telah secara resmi mengakui Israel akan menyatakan secara terbuka bahwa mereka melakukannya di bawah paksaan dan bahwa mereka tidak percaya untuk bahwa penciptaan Israel di Palestina pada tahun 1948 punya legitimasi, hatta sedikitpun.
Dalam kasus apapun, Hamas bukan hanya tentang rakyat Palestina. Tetapi jawaban untuk Islam dan umat Islam, dan setiap gerakan yang tidak kompatibel dengan ajaran Islam akan ditolak mentah-mentah. Sekarang, bagi mereka yang khawatir bahwa Hamas tengah berada dalam perjalanan untuk menjadi Fatah yang lain, seharusnya yakin bahwa Hamas tidak akan pernah mengakui Israel.
Fakta ini, bagaimanapun, tidak harus meniadakan kemungkinan bahwa ada beberapa orang yang terkait dengan gerakan Hamas diminta untuk berdiri pragmatis, terutama mengingat situasi Internasional, dan kepatuhan Barat ke Israel. Namun, orang-orang ini, dengan segala hormat, tidak mewakili posisi Hamas sebenarnya, bahkan jika sekalipun mereka mengklaim hal yang sebaliknya.
Sebuah titik akhir; Hamas tidak menentang Israel karena Israel adalah Yahudi. Hamas menentang Israel karena Israel adalah pencuri, perampok bersenjata, dan pembunuh. Singkatnya, infrastruktur Zionisme harus dibongkar. Mungkin kemudian, setelah itu Arab dan Yahudi akan hidup dalam damai dan keadilan. (sa/pic)