Dalam tulisan dimuka telah disinggung tentang upaya Yahudi merusak tiga agama langit. Ke dalam ajaran Musa a. S. Mereka menyusupkan Samiri, seorang Yahudi pemuka Kabbalah, yang berhasil menjadikan bani Israil sebagai kaum yang durhaka kepada Allah SWT sehingga dikutuk Allah SWT. Ke dalam ajarannya nabi Isa a. S., mereka menyusupkan Paulus, seorang Yahudi dari Tarsus, yang menulis Injil Perjanjian Baru dan menjadikan agama Nasrani menjadi Kristen.
Dan ke dalam agama Islam, mereka menyusupkan Abdullah bin Saba, seorang Yahudi dari Yaman, yang berpura-pura sebagai pembela Ali bin Abi Thalib r. A. Dan keluarganya sebagai topeng untuk merusak umat Muslimin. Ali bin abi Thalib r. A. Sendiri memerintahkan agar Abdullah bin Saba ditangkap karena mengetahui siasat licik Yahudi ini.
Konspirasi Yahudi
Abdullah bin Saba dan kaum Yahudi dari San’a di Yaman geram melihat perkembangan Islamyang dengan cepat menyebar ke seluruh jazirah Arab, bahkan hingga ke Imperium Romawi, negeri-negeri Persia sampai ke Afrika dan masuk jauh di Asia, bahkan sampai berkibar di pintu-pintu benua Eropa. Ibnu Saba’ ingin menghadang langkah Islam supaya tidak mendunia dengan merencanakan makar bersama Yahudi San’a (Yaman) untuk mengacaukan Islam dan ummatnya. Mereka menyebarkan orang-orangnya, termasuk Ibnu Saba sendiri ke berbagai wilayah Islam, termasuk ibukota Khalifah, Madinah Nabawiyah. Mereka mulai menyulut fitnah dengan memprovokasi orang-orang lugu dan berhati sakit untuk menentang Khalifah Utsman. Mereka berpura-pura sebagai kelompok pendukung Ali bin Abi Thalib r. A., Padahal ‘Ali tidak ada sangkut pautnya dengan mereka.
Pada waktu itu Persia (Majusi, kaum penyembah api) juga menyimpan dendam kesumat, karena di zaman Khalifah ‘Umar bin Khattab, negeri kufur mereka hancur di saat puncak kejayaannya. Yahudi pun menaruh dendam kepada Umar r. A. Karena diusir dari Madinah. Maka bertemulah kepentingan kaum Majusi dan Yahudi. Mereka sepakat untuk bersama-sama menghancurkan Islam dari dalam.
Kitab “Firaq Asy-Syiah” yang ditulis oleh ulama Syiah bernama Abu Muhammad Al-Hasan bin Musa An-Nubakhti, pada abad ke-3H, menulis: “Abdullah bin Saba adalah orang yang mencaci maki Abu Bakar, Umar bin Khattab, dan Utsman, serta para sahabat lainnya. Dia berlepas diri dari mereka dan mengatakan bahwa ‘Ali telah memerintahkannya berbuat demikian. Maka ‘Ali menangkapnya dan menanyakan tentang ucapannya itu dan dia mengakuinya. ‘Ali pun memerintahkan untuk membunuh ibnu Saba ini. Orang-orang berteriak kepada ‘Ali, “Wahai Amirul mukminin! Apakah Anda akan membunuh seorang yang mengajak untuk mencintai Anda, ahlul bait, keluarga Anda dan mengajak untuk membenci musuh-musuh Anda?”
Agar tidak menimbulkan perpecahan yang besar, maka ‘Ali mengusir Abdullah bin Saba ke Madain, ibukota Persia kala itu. Orang Yahudi itu adalah orang pertama yang menyebarkan faham tentang Imamah ‘Ali, menampakkan permusuhan terhadap para Sahabat yang dicintai Ali r. A. Dengan mengatakan bahwa para sahabat itu adalah musuh-musuh ‘Ali. Inilah akar sebutan orang-orang di luar Syi’ah yang mengatakan bahwa asal masalah “Rafdh” (menolak selain Khalifah ‘Ali) berasal dari Yahudi (“Firaq Asy-Syi’ah”, hal. 43-44. Cet Al-Haidariyah, Najef 1379 H]. Hal yang sama juga diungkapkan Abu Umar Al-Kasysyi, ulama Syi’ah abad 4 H dalam bukunya “Rijal Al-Kasysyi” hal. 101. Mu’assasah Al-A’lami. Karbala Iraq.
Awalnya, keberadaan Abdullah bin Saba yang Yahudi ini ditentang habis-habisan oleh para ulama Syiah. Namun karena bukti yang ada terlalu kuat, maka ulama-ulama Syiah pun mengakuinya. Muhammad Husain Az-Zen seorang Syi’ah kontemporer mengatakan, “Bagaimanapun juga Ibnu Saba’ memang ada dan dia telah menampakkan sikap ghuluw (melampaui batas), sekalipun ada yang meragukannya dan menjadikannya tokoh dalam khayalan. Adapun kami sesuai dengan penelitian terakhir maka kami tidak meragukan keberadaannya dan ghuluwnya. ” [Asy-Syi’ah wa At-Tarikh, hal. 213].
Melawan Zionis-Israel dan Zionis-Amerika
Adapun perkembangan masa kini di mana negara Syiah Iran dan juga Milisi Syiah Hizbullah dengan sangat berani menentang dan melawan kaum Zionis, hal ini merupakan hal yang harus didukung bersama. Jika Syiah mendapat nama yang harum di pentas dunia karena berani menentang Zionis, maka ini merupakan hal yang terjadi dengan sendirinya.
Di lain sisi, hal ini juga diakibatkan bahlul-nya para pemimpin Arab yang lebih suka duduk bersama dan pesta di samping kaum Zionis, kaum yang dimurkai Allah SWT. Semoga Allah SWT melaknati mereka.
Sohaib Jassim, Kepala Biro Al-Jazera di Indonesia, yang memliki keluarga campuran antara Sunni dan Syiah pernah mengatakan pada penulis, “Kita jangan sampai terkecoh dengan dzahir atau yang ditampakkan mereka. Mereka memiliki strategi perjuangan yang disebut taqiyyah atau berpura-pura. Iran itu bukan bagian dari Dunia Islam. Mereka (Iran) itu pertama-tama adalah Persia, kedua mereka adalah Syiah, dan ketiga baru mereka Islam. Itu pun Islam yang memiliki Qur’an yang berbeda dengan umat Islam kebanyakan. Itulah urutannya. ”(Rz)