Banyak kalangan heran dengan gemuknya kantung uang Hisbullah. Darimana uang yang sungguh banyak itu berasal? Bisa jadi, pertanyaan ini sedikit mendapat jawabannya ketika sebuah artikel berjudul “Lebanese Wary of a Rising Hezbollah” dimuat di harian The Washington Post edisi 20 Desember 2004.
Dalam artikel tersebut dipaparkan jika salah satu sumber keuangan Hisbullah adalah Iran, satu negeri yang memiliki ideologi yang sama sebangun dengan Hisbullah, yakni Syiah. Disebutkan jika dalam setahun, Iran tak kurang mengucurkan dana sebesar lebih kurang 200 juta dollar AS (1, 8 triliun rupiah) kepada Hisbulah untuk digunakan dalam program-program sosial kemasyarakatan., seperti kesehatan, pendidikan bagi keluarga tak mampu, membantu janda-janda korban perang, dan sebagainya.
Jumlah itu jumlah yang amat sedikit, jika mengingat Hisbullah memiliki program sosial dan kekuatan militer yang sangat handal. Namun jangan salah, Iran juga diketahui tidak hanya membantu Hisbulah dalam hal uang keras, tetapi juga aneka persenjataan seperti senjata api, peluru, hingga roket-roket dalam ukuran yang beraneka macam. Harian The Post mencatat, Iran mengirimkan sendiri 11.500 pucuk rudal yang dialamatkan ke Hisbullah di wilayah Libanon Selatan. Iran juga memiliki program pelatihan militer bagi kader-kader Hisbullah, meliputi semua teknik pertempuran, penggunaan senjata dari mulai pisau belati hingga peluncuran rudal, dan semua ini diberikan secara cuma-cuma.
Begitu hebatnya kader-kader Hisbullah dididik oleh Iran, sehinga para petinggi Israel dalam akhir perang bulan Agustus 2006 mengakui yang mereka hadapi bukanlah kelompok bersenjata yang bisa diremehkan. “Yang kami hadapi bukan lagi para milisi, namun brigade pasukan elit yang sudah sangat terlatih. Mereka dididik oleh Angkatan Darat Iran, ” cetus para petingi militer Israel.
Begitu intimnya hubungan antara Isran Syiah dengan Hisbullah Syiah memang bisa dimaklumi karena persamaan akidah kesyiahannya. Mereka bahu-membahu, bersama-sama syiah lain di belahan dunia yang berbeda, untuk berjuang meninggikan ideologinya ini. Secara akidah, Syiah memang berbeda dengan Islam. Hal ini menjadi catatan tersendiri yang harus diberi tinta tebal dan digaris bawahi. Namun kita juga harus jujur bahwa dengan kesyiahannya, mereka bisa bahu-membahu dan bersama-sama berjuang melawan musuh-musuhnya.
Seharusnya Dunia Islam bisa mencontoh kerjasama yang begitu baik seperti yang diperlihatkan Iran dan Hisbullah dalam berjuang memerangi musuh-musuhnya. Jika saja Dunia Islam telah bersatu, Saudi, Mesir, dan lainnya memutus hubungan dengan Zionis Israel dan tidak lagi bersekutu dengan Amerika Serikat, bersedia menjalankan Ukhuwah Islamiyah yang sesungguhnya, bahu-membahu, maka dalam waktu tidak sampai seminggu Zionis-Israel pasti hancur dan Amerika Serikat akan sekarat.
Sayangnya, Dunia Islam masih sarat dengan perbedaan kepentingan duniawi yang dianggapnya sebagai kepentingan abadi. Pemimpin-pemimpin Arab, termasuk para pengusahanya yang kaya raya, masih banyak yang meneladani Abu Jahal, bukan meneladani Nabi Muhammad SAW. Jadinya ya seperti sekarang ini. Mereka lebih senang bersahabat dan berintim ria dengan kaum Zionis, bukan dengan sesama Muslim. Malah mereka, para penerus Abu Jahal ini bersama-sama dengan kaum Zionis memerangi saudara-saudara Muslimnya sendiri.
Kemewahan dunia merupakan salah satu fitnah terbesar bagi para pemimpin di negeri-negeri Muslim. Dengan kemewahan dunia, segala apa yang diinginkan oleh syahwat memang bisa terlaksana. Bahkan hal-hal yang sesungguhnya haram bisa dijadikan ‘halal’ dengan memperalat dalil-dalil yang ada. Orang-orang ini bukan tidak paham tentang Islam, malah mereka merupakan orang-orang yang sudah terdidik baik dalam hal agama tauhid ini. Hanya saja, di dalam hatinya ada setitik noda hitam yang oleh mereka dibiarkan membesar sehingga lama-kelamaan hal-hal yang tadinya dijauhi kini sengaja didekati. Mudah-mudahan, hal ini tidak terjadi di negeri yang kita cintai ini. Amien. (rz)