Para pendakwah Arab sampai negeri ini juga melalui perdagangan (pasar), kita kehilangan kemerdekaan oleh para imperialis juga mereka masuk melalui penguasaan pasar, dan kemudian para pejuang negeri ini membangkitkan kesadaran nasional untuk merintis kemerdekaan juga sekali lagi melalui pasar (Syarikat Dagang Islam).
Maka dari sinilah salah satunya kita harus bisa mulai, pasar yang telah dirusak oleh imperialis sejak mereka memisahkan kaum muslimin yang mayoritas di Nusantara dari pasarnya, kemudian menyerahkan pasar ini ke kelompok minoritas yang mereka sebut Vreemde Oosterlingen —non pribumi, Cina, India dan Arab— harus bisa kita rebut kembali!
Namun perlu diingat bahwa upaya merebut pasar ini—tidak harus menimbulkan sikap permusuhan terhadap kaum yang lain. Imperialis dari waktu ke waktu terus berusaha menimbulkan permusuhan antar ras, suku dan antar agama, kita tidak perlu terpancing. Kaum minoritas tersebut hanyalah sebagian kecil pihak yang diuntungkan oleh system penjajahan, tetapi bukan mereka penyebabnya.
Kita punya contoh yang Agung yaitu Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wassalam yang merumuskan Konstitusi Madinah (622 M)—konstitusi tertulis pertama yang bahkan dunia barat baru bisa menirunya 6 abad kemudian (abad ke 13 Masehi). Melalui konstitusi ini, umat diluar Islam seperti Nasrani, Yahudi dan bahkan Majusi bisa hidup didalamnya dengan damai.
Melaui contoh yang agung ini pula, para pejuang Muslim negeri ini kemudian bisa merangkul kelompok minoritas untuk berjuang bersama. Ketika para pejuang pedagang Islam bergabung dalam Sjarikat Dagang Islam (SDI) , mereka juga bekerja sama dengan para pedagang Cina dengan kerjasama yang disebut Kong Sing ( mungkin dari sinilah munculnya istilah kongsi yang kita kenal sampai kini ! ).
Penjajah politik, ekonomi dan pemikiran yang kini mendominasi penduduk-penduduk di seluruh dunia —termasuk kita di negeri ini— bukanlah pemerintahan suatu negeri, bukan pula suatu pemerintah negeri lainnya —tetapi adalah suatu system kepentingan yang saling terkait satu sama lainnya— yang paling dekat gambarannya mungkin adalah corporatocracy—gabungan kepentingan antara pemerintahan negeri tertentu, institusi-institusi global tertentu dan sejumlah perusahaan-perusahaan global tertentu.
Tetapi di belakang itu semua, tentunya ada tangan-tangan ‘ghaib’ yang memainkannya—siapa mereka ini? Inilah yang harus kita cermati dari waktu ke waktu secara bijak. Banyak indikator sejarah yang mensyiratkan keberadaannya, tetapi karena kepandaian mereka—membuat pengungkapannya secara gamblang tidak mudah. Bagi yang penasaran, saya menganjurkan Anda untuk membaca buku best seller nasional API SEJARAH karya Sejarawan Muslim Ahmad Mansur Suryanegara (Salamadani, 2009), fakta-fakta sejarah yang saya ungkapkan tersebut diatas hanyalah sebagian kecil saja dari informasi pelurusan sejarah yang diungkapkan oleh penulis yang satu ini. Wa Allahu A’lam.[em]