Eramuslim.com – Adalah mujahid besar abad lalu Imam As-Syahid Hasan Al Banna yang merumuskan makna kemerdekaan dari segala bentuk penjajahan itu, yaitu kemerdekaan politik, ekonomi dan pemikiran. Ketiganya saling terkait karena bila kita terjajah atau tidak merdeka di salah satu sisi, kita mudah untuk dijajah di kedua sisi lainnya.
Sejarah panjang negeri ini telah membuktikannya, penjajahan —demi penjajahan telah mendominasi negeri ini selama berabad-abad, bahkan ketika kita ‘mengira’ sudah merdeka— ternyata ini hanya perubahan bentuk penjajahan yang satu ke bentuk penjajahan lainnya—setidaknya ini bila kita menggunakan kriteria penjajahan atau kemerdekaan dari Hasan Al-Banna di atas.
Lantas bagaimana kita bisa merdeka yang sesungguhnya? ya minimal kita harus bisa merdeka lengkap dengan tiga sisinya yaitu merdeka dari penjajahan politik, merdeka dari penjajahan ekonomi dan merdeka pula dari penjajahan pemikiran. Bagaimana ketiga penjajahan ini saling terkait? mari kita tengok kebelakang apa yang terjadi di negeri ini selama berabad-abad dan masih berlangsung terus hingga kini.
Cukup banyak bukti bahwa Islam masuk ke negeri ini kemungkinan besarnya dibawa oleh para pedagang langsung dari Arab pada abad pertama Hijriyah atau abad ke tujuh Masehi—ini misalnya diungkap oleh Prof. Dr. Buya Hamka pada Seminar Masuknya Agama Islam ke Indonesia (Medan , 1963). Jadi bukan oleh pedagang dari Gujarat pada abad ke 13 Masehi atau abad 6 Hijriyah seperti yang diteorikan dalam pelajaran-pelajaran sejarah di sekolah-sekolah hingga kini.