Banyak aktivis Islam dari Indonesia yang hadir dialam Konferensi Al-Quds di Turki. Tidak kurang dari 30 orang, antara lain KH. Shiddiq Amien (Pimpinan ormas Persatuan Islam, PERSIS), Dr. Muqaddam (KNRP), dan juga ustadz Hilmi Aminudin (Ketua Majelis Syuro Partai Keadilan Sejahtera).
Al-Quds International Forum memang sebuah perhelatan besar yang melibatkan banyak aktifis dakwah, baik yang duduk di pemerintahan negara masing-masing peserta atau pun dari tokoh ulama, ilmuwan, dan juga perseorangan.
Sedangkan dari pers Indonesia, Eramuslim mengirim dua orang untuk mengikuti langsung kegiatan monumental ini. Eramuslim sendiri ke depan punya rencana ingin menjadi salah satu pers dunia, yang mempunyai kontribusi terhadap perkembangan dan kemajuan pers Dunia Islam itu sendiri.
"Sudah saatnya Eramuslim masuk ke wilayah dunia Islam yang lebih luas lagi, bukan hanya skala nasional tetapi juga skala international" demikian komentar MM Nasution ketika menanggapi kesertaannya dalam Forum International ini.
Selain bertujuan untuk mendapatkan berita terbaru hasil pertemuan, Eramuslim memang berniat untuk mengenal lebih dekat Turki sebagai warisan peradaban Islam yang gemilang. Dan niat ini rupanya diamini oleh banyak peserta dari Indonesia, di mana hari kedua mereka sibuk mendatangi tempat-tempat bersejarah di kota Istanbul.
Selain versi online, Eramuslim juga punya majalah versi cetak. Ada begitu banyak bahan untuk versi cetak digest dan sedang disiapkan bahan-bahan yang terkait dengan Turki untuk edisi mendatang. Banyak hal yang bisa digali dari perjalanan Eramuslim ke negeri Muhammad Al-Fatih ini, selain untuk urusan Al-Quds Forum.
Indonesia Siap Menjadi Tuan Rumah Acara Serupa
Di tengah kesibukan acara, Lutfi Hasan Ishaq, MA sempat berkomentar bahwa berdasarkan pengalaman selama ini, kita sebagai bangsa Indonesia sebenarnya siap untuk menggelar acara serupa di Jakarta. "Kita pernah menyelenggarakan The First Conference of International Forum for Islamist Parliamentarian (IFIP) di Hotel Millenium Jakarta Januari lalu. Bahkan Presiden SBY yang membuka secara resmi acara tersebut."
Ditanya tentang daya tarik bila acara serupa diadakan di Jakarta, Lutfi mengatakan bahwa selain Indonesia adalah negeri muslim terbesar, juga mempunyai nilai strategis dan bargaining position yang cukup diperhitungkan.
Adapun komentar mengapa acara yang sedemikian besar dijalankan secara agak bersahaja, Lutfi menjawab bahwa inilah yang maksimal bisa didapat oleh panita, berhubung adanya tekanan dari dunia international. Bahkan beberapa tokoh penting juga mengalami hambatan untuk tiba di acara.
Feshanne tempat yang dijadikan penyelenggaraan ini memang jauh dari kesan mewah, bukan ballroom hotel berbintang, melainkan lebih merupakan tempat festival yang sederhana. Bahkan saat hujan turun Jumat sore, beberapa atapnya bocor.(ust/rz)