Itulah ketiga faktor utama terjadinya mekanisme epigenetika.
Beberapa contoh lain, dapat mengibaratkan bahwa jika terjadi LGBT layaknya jiwa yang salah masuk ke dalam tubuh fisiknya. Misalkan, Anda wanita atau pria dengan orientasi seksual normal. Namun ketika anda di depan cermin, ternyata fisik Anda adalah fisik lawan jenis Anda, dan Anda harus menyukai lawan jenis dari fisik Anda yang terlihat di cermin.
Jadi bila ketertarikan seksual pada diri Anda adalah normal, maka misal: jika Anda memiliki fisik wanita normal, padahal jiwa Anda pria, maka Anda diharuskan menyukai wanita. Dan jika Anda memiliki fisik pria normal, padahal jiwa Anda wanita, maka Anda diharuskan menyukai pria. Jika Anda normal, apakah bisa? Tentu tidak, tapi mereka bisa.
Kelainan akibat Epigenetika bisa saja kembali normal asalkan ada niat dalam dirinya. Misalkan beberapa contoh dalam kehidupan sehari-hari adalah jika Anda adalah orang yang menyukai olahraga sejak kecil, maka Anda akan melakukan olah tubuh tersebut setiap harinya dengan jogging, bermain tenis, bersepada atau olahraga lainnya. Namun jika Anda tidak berolah raga, maka badan Anda akan merasa tidak fit.
Juga dalam pola makan, jika Anda suka makan nasi atau makan yang harus kenyang, maka Anda beranggapan masih merasa lapar dengan makanan yang volumenya sedikit walau kandungan kalori, protein dan vitaminnya jauh lebih tinggi dibandingkan dengan memakan makanan yang mengenyangkan. Maka terjadinya obesitas pada diri Anda.
Atau bisa juga ibarat perokok yang sebenarnya bisa saja berhenti merokok, namun karena tak ada niat, maka tak akan pernah bisa berhasil.
Seperti telah diketahui diatas bahwa Epigenetika terjadi akibat perubahan molekuler pada genome yang bertindak sebagai ‘saklar’ sementara, untuk menyalakan atau mematikan gen.
Epigenetika yang terjadi akibat perubahan molekuler pada genome yang kemudian menjadi “saklar” ini, ibarat senter manual namun memiliki sensor otomatis yang selalu Anda pakai, dan hanya menyala juga secara otomatis dalam kegelapan.
Namun jika Anda selalu bermain dalam kegelapan secara-terus menerus, tanpa mau ke tempat yang terang, maka sensor pada senter itu akan menyala terus-menerus pula, agar lampu senter selalu dalam kondisi menyala.
Padahal Anda tahu, bahwa senter tersebut sebenarnya memiliki saklar manual karena senter itu memang senter manual biasa, namun juga memiliki mode otomatis dalam gelap. Itu artinya Anda cukup menekan saklar manual saja agar senter menyala jika di dalam gelap.
Epigenetika dalam genome sama, saklar ada pada genome. Saklar dapat mati atau hidup, terbentuk akibat pengaruh lingkungan dan informasi yang diterima otak sejak kecil, walau pun sudah bisa juga terjadi sejak janin dalam kandungan.
Itu artinya seorang LGBT dapat mematikan saklarnya sendiri, asalkan mereka ada niat untuk mematikan sakar pada gennya! Senter harus Anda matikan. Sebab terangnya dunia membentang diluar sana, jauh lebih dominan.
Tinggal klik, dan bersosialisasi dengan yang normal, yang jumlahnya dominan di planet ini, juga meng”instal” informasi yang benar pada otak dan pikirannya, maka selesai sudah. (©2016 IndoCropCircles / berbagai sumber).[]
Link Source: www.indocropcircles.wordpress.com