Polemik menanggapi eksekusi penggantungan mantan penguasa Irak Saddam Hussein belum usai, Gedung Putih pun telah mengirim lagi 40.000 tentaranya ke Irak sebagai bagian dari kebijakan baru Amerika soal Irak, dan kalangan Zionis-Kristen Amerika kian yakin tentang nubuatan “Millenium Sejahtera” sebentar lagi akan turun ke bumi.
Rentetan peristiwa ini semuanya bermuara pada upaya menciptakan The New World Order, di mana Amerika Serikat menjadi satu-satunya adi daya yang menghamparkan karpet merah bagi datangnya Messiah bagi kaum Zionis-Yahudi. Satu tujuan yang telah dicanangkan ribuan tahun silam.
Pekan pertama Januari 2007, Rev. Pat Robertson, tokoh penginjil Kristen Fundamentalis Amerika paling berpengaruh, dalam acara teve ‘The 700 Club’ yang diasuhnya mengaku menerima bisikan dari Tuhan Yesus bahwa bangsa AS akan mengalami satu serangan besar lagi yang akan membunuh banyak sekali warga Amerika.
Serangan itu, ujar Robertson, akan berimbas pada jutaan warga Amerika. Walau tidak mengatakan tanggal pastinya, penginjil yang amat dekat dengan Zionis-Israel ini memprediksi serangan besar itu akan terjadi setelah September 2007.
“Saya tidak perlu mengatakan bahwa serangan itu berupa nuklir. Tuhan tidak mengatakan pada saya tentang itu, tapi saya amat yakin kejadiannya tidak berbeda dengan itu, ” ujar Robertson dalam acara televisi ‘The 700 Club’ di Christian Broadcasting Network (CBN).
Robertson yang pernah menyerukan agar Amerika membunuh Presiden Kuba Fidel Castro mengkritik sikap Gedung Putih yang dinilainya kurang serius dalam mendukung Israel. Dia menyebut Gedung Putih membangun persahabatan palsu dengan Israel. Padahal, siapa pun tahu jika hal itu tidak benar. AS adalah sekutu nomor wahid Zionis-Israel. Tapi dukungan itu masih kurang di mata Robertson.
Siapa yang akan melakukan serangan besar terhadap bangsa AS di penghujung tahun 2007 ini? Penginjil Pat Robertson yang dikenal sering melecehkan Islam dan menuding Islam sebagai agama teroris jelas tengah menunjuk hidung umat Muslim.
Pertanyaannya, apa kaitan antara peristiwa eksekusi Saddam Hussein, kebijakan baru Bush untuk Irak, dan ramalan Pat Robertson? Pertanyaan ini menghantarkan kita untuk memahami motivasi utama yang berada di balik peristiwa-peristiwa di atas. Motivasi utama ini dikenal dalam literatur Barat sebagai “The Second Coming” atau Maranatha dalam istilah gerejani, yaitu kedatangan kedua kalinya Tuhan Yesus dalam wujud Tuhan seutuhnya. Sebab itu, Yesus mereka sebut juga sebagai The Christ (Messiah).
The Second Coming
Seluruh umat Kristiani percaya bahwa Yesus akan datang untuk kedua kalinya. Inilah motivasi paling mendasar bagi seluruh umat Kristiani dunia untuk menyebarkan Injil ke seluruh negeri. John Wesley, pendiri Kebangkitan Para Santo, menyebut, “Harapan ini merupakan kekuatan pendorong untuk menyerukan Injil.”
Alkitab melukiskan harapan besar ini dalam banyak istilah, antara lain: Harapan yang suci (The Holy Hope) yang termaktub dalam Yohanes 12:3, harapan yang menguatkan (Yakobus 5:8), harapan kemenangan (Petrus 11:7, 4:12-13), harapan yang mulia (Tesalonika 14:13-18), dan banyak lagi. Kitab Perjanjian Baru memuat hal ini sebanyak 319 ayat, yang berarti setiap 25 ayat Perjanjian Baru terdapat 1 ayat mengenai The Second Coming.
Terdapat perbedaan penafsiran dari syarat-syarat hadirnya peristiwa ini di antara gereja yang ada, tetapi secara garis besar, syarat-syaratnya adalah: Tuhan Allah akan datang dalam rupa Yesus diiringi suara lengkingan yang keras, akan muncul suara sangat keras dari malaikat yang bisa dimengerti oleh semua manusia, akan terdengar kembali suara lengkingan yang sangat tinggi yang belum pernah ada sebelumnya, orang-orang yang mati di jalan Yesus akan dibangkitkan kembali, dan orang-orang beriman yang masih hidup akan di bawa ke awan untuk bertemu Tuhan Yesus.
Menurut DR. M. Al-Husaini Ismail dalam Al-Mu’amarah: Ma’rakah al-armajiddun wa Shira’ al-Hadharat (Kairo, 1424H/2004M), syarat-syarat ini sengaja dibuat samar karena sesungguhnya yang mereka yakini adalah:
Pertama, pembersihan massal bangsa Muslim dengan mengobarkan peperangan besar yang dikenal sebagai Perang Armagedon.
Kedua, pendirian Negara Israel Raya dengan ibukota abadinya di Yerusalem sebagai kota pusat dunia dan pusat agama dalam mengendalikan satu pemerintahan dunia (The New World Order).
Ketiga, penghancuran Masjid Al-Aqsha dan pembangunan kembali Haikal Solomon di atas puing-puing reruntuhannya. Haikal Solomon inilah yang akan dijadikan istana pemerintahan satu dunia di mana Yesus dipercaya akan memerintah bumi selama masa tinggalnya, 1.000 tahun.
Syarat-syarat bernuansa religius inilah yang kemudian menjadikan umat Kristiani, terutama yang ada di Amerika, menganggap bahwa membantu bangsa Yahudi merupakan kewajiban agama. Mereka beranggapan bahwa berkat Tuhan hanya akan datang jika mereka tulus membantu dan melindungi Israel. •Rz (bersambung)