Dalam Buku Dr Oen, Pejuang dan Pengayom Rakyat Kecil yang ditulis Ravando dan diterbitkan Penerbit Buku Kompas tahun 2017, diceritakan dokter Oen tak pernah menumpuk kekayaan. Ada kisah mengharukan saat dokter itu meninggal. Pemilik apotek yang biasa jadi langganan Dokter Oen masih memegang bon tagihan sebesar Rp 200.000. Jumlah tersebut merupakan biaya pembelian obat untuk pasien kurang mampu yang ditanggung oleh dokter Oen pribadi.
Selain mewariskan cerita kemanusiaan, dokter Oen juga meninggalkan fasilitas kesehatan yang bertahan sampai hari ini. Salah satunya adalah RS Dr Oen Kandang Sapi Solo. Awalnya adalah Poliklinik Tsi Sheng Yuan yang sudah berdiri tahun 1933. Sempat pula berganti nama menjadi RS Panti Kosala. Di sinilah dulu tempat dr Oen berkiprah.
Untuk menghormati jasa-jasanya, nama Dokter Oen kemudian diabadikan sebagai nama rumah sakit pada tanggal 3 Maret 1983.
Di tahun 1992 berdiri RS Dr Oen Solo Baru di Sukoharjo. Rumah sakit kedua yang masih berada di bawah naungan Yayasan Panti Kosala.
Pesan Dokter Oen terus bergema, melintas melampaui zaman. “Aku ingin melayani orang lain, membuat orang lain yang susah jadi sehat. Aku ingin seluruh hidupku menjadi penolong.” [ian/merdeka]