Lattakia, sebuah kawasan yang luas meliputi beberapa kabupaten (dalam istilah Indonesia), disitulah Tim Ketiga Relawan HASI bertugas memberikan bantuan kemanusiaan di Rumah Sakit Lapangan yang didirikan oleh Ikatan Dokter Suriah.
Satu flat empat lantai disulap menjadi Rumah Sakit, namun hanya dua lantai pertama yang bisa digunakan untuk menampung pasien mengingat pasukan Bashar Asad sering kali melontarkan roket, mortir, tentunya juga serangan udara langsung menggunakan helikopter tempur yang menjatuhkan “Birmil” (tong besar yang diisi 60 kg TNT) ke atas bangunan-bangunan yang dihuni rakyat suriah khususnya Rumah Sakit Lapangan yang memang menjadi incaran mereka. Oleh karenanya dua lantai bawah merupakan tempat yang paling relatif aman untuk merawat pasien, sementara dua lantai diatas digunakan untuk tempat istirahat bagi para relawan yang bertugas tentu dengan senantiasa waspada dan sering turun ke lantai bawah jika serangan-serangan dan raungan helikopter mulai ramai terdengar.
Sebagaimana telah dilaporkan tim-tim sebelumnya bahwa terjadi krisis listrik atau lebih tepatnya tidak ada listrik selama konflik terjadi, Bashar Asad memutus suplai listrik ke kantong-kantong mayoritas Sunni yang kontra pemerintah. Walhasil kota-kota mayoritas Sunni di Suriah bak kota mati termasuk didalamnya kota Salma yang masih masuk kawasan Lattakia tempat relawan HASI bertugas di Rumah Sakit Lapangan disana. Generator diesel menjadi satu-satunya sumber listrik untuk menghidupkan aktifitas perawatan di RS Lapangan, mengingat sangat diperlukan sekali listrik guna merawat pasien, hal mendasar misalnya adalah penerangan yang sangat diperlukan dalam pemeriksaan pasien.
Dalam bincang-bincang kami dengan dr.Rosyid penanggungjawab RS Lapangan disana, beliau menjelaskan butuh sekitar 2500 liter solar untuk menghidupkan listrik selama satu bulan di RS tersebut menggunakan mesin diesel itupun dengan standar minimal penggunaan listrik jika dinilai dengan uang butuh 5000 USD untuk 2500 liter per bulannya. Kami tertegun hanya untuk operasional listrik saja membutuhkan dana yang luar biasa besar, belum obat-obatan dan peralatan medis lain, itu pun baru di satu Rumah Sakit, padahal di Suriah terdapat banyak Rumah Sakit-Rumah Sakit Lapangan serupa sebagai usaha menekan angka korban jiwa akibat luka-luka yang harus segera ditangani.
Kami bergumam dalam doa, semoga bantuan dari rakyat Indonesia terus mengalir untuk meringankan beban mereka yang begitu berat. [AY]
Tim Ketiga Relawan HASI, Suriah