Betapa mirisnya hidup di negeri Indonesia. Setiap ada persoalan besar datang, muncul lagi persoalan baru yang tidak kalah besar. Begitu seterusnya. Tanpa ada solusi, dan rakyat dibiarkan mencerna sendiri isu-isu gelap yang dilontarkan para elitnya.
Sejak akhir Mei 2011, setidaknya ada lima pejabat negara yang kiprahnya membuat gelisah seluruh rakyat Indonesia. Dan lima pejabat tersebut berasal dari partai penguasa, Partai Demokrat.
Pernyataan pertama yang menggelisahkan bangsa dilontarkan pada tanggal 30 Mei 2011. Anehnya, pernyataan tersebut justru keluar dari pejabat tertinggi di republik ini, dan sekaligus pemilik partai Demokrat. Dialah Presiden SBY.
Sepulang dari kunjungan luar negeri, SBY tiba-tiba memberikan respon secara resmi terhadap sebuah isu SMS yang memfitnah dirinya. Sekali lagi, hanya isu SMS yang tidak jelas kebenarannya.
Di Bandara Halim Perdanakusumah, SBY mengungkapkan kemarahannya. "Fitnah yang dilemparkan seseorang dari hati yang gelap, itu sungguh keterlaluan," ujar SBY yang dikerubungi wartawan.
SBY pun menantang si penebar fitnah melalui SMS itu untuk keluar secara ksatria dan berhadapan dengannya secara terbuka. "Muncullah secara ksatria! Mari kita berhadapan!" ucapnya sembari menahan emosi.
Karena yang bicara seorang kepala negara dan diungkapkan dalam suasana resmi, sontak pernyataan tersebut merepotkan pejabat tinggi negara, terutama di bidang hukum dan keamanan. Dan tentu saja, menggelisahkan seluruh rakyat negeri ini yang ikut kebingungan dengan respon kepala negara dengan isi SMS gelap. Dan saling curiga pun tiba-tiba menyeruak di sebagian pengelola negara.
Kalau saja SBY mau bergaul dengan kehidupan rakyatnya, mungkin ia akan paham kalau isu lewat SMS gelap bukan menjadi hal baru. Sudah biasa masyarakat mendapat SMS aneh. Tidak jauh beda dengan SMS gelap yang kerap hinggap di ponsel masyarakat yang berbunyi, “Mama kehabisan pulsa, tolong kirim ke nomor ini!” Dan sejenisnya.
Pernyataan kedua yang menggelisahkan muncul dari petinggi Demokrat yang lain. Dialah Ramadan Pohan. Pohan tiba-tiba melontarkan isu yang menggelisahkan negeri ini. Menurutnya, orang yang mengacak-acak Demokrat dari dalam, termasuk penyebaran isu lewat SMS adalah tokoh polikus senior negeri ini. Inisialnya A.
Saat itulah, tokoh-tokoh politikus yang namanya kebetulan diawali dengan huruf A menjadi tertuduh. Setidaknya, menjadi sorotan publik. Di negeri ini, tokoh politik yang namanya diawali A ternyata tidak sedikit. Antara lain, Amien Rais, Agus Laksono, Abu Rizal Bakri, dan Akbar Tandjung.
Kekecewaan publik menjadi-jadi ketika Pohan tidak berani memberikan kriteria orang yang dimaksud selain inisial A. Dan hingga kini, isu yang dilontarkan Pohan tidak berujung jelas. Tapi masyarakat negeri ini sudah terlanjur dibuat repot dan saling curiga dengan lontaran tuduhan seperti itu.
Pejabat ketiga yang membuat gempar negeri ini juga berasal dari partainya SBY, Demokrat. Dialah mantan komesioner KPU yang saat ini menjabat ketua bidang komunikasi Demokrat, Andi Nurpati.
Kegemparan itu telah membuat repot tiga institusi negara sekaligus: Mahkamah Konstitusi, Polri, dan DPR. Bahkan, karena ketidakjelasan ulah yang diperankan Andi ini, DPR akhirnya membuat Panja Mafia Pemilu.
Kegemparan publik terutama pada kecurigaan selama ini kalau hasil pemilu direkayasa oleh penyelenggaranya sendiri. Sehingga, hasil pemilu bisa direkayasa sesuai siapa yang pesan. Kalau ini yang terbukti, bayangkan apa yang terjadi di republik ini.
Pejabat keempat yang membuat heboh seluruh rakyat negeri ini adalah mantan anggota DPR Komisi III yang juga bendahara umum Demokrat yang sudah dipecat. Dialah Nazaruddin yang hingga kini statusnya oleh negara diperlakukan seperti jin. Ada tapi tidak terlihat, tampak tapi tidak bisa terjamah.
Dari pernyataan-pernyataan Nazaruddinlah kehebohan demi kehebohan silih berganti meresahkan bangsa ini. Mulai dari rekan-rekan se-Demokrat yang disebutnya bermain proyek pemerintah. Hingga, yang kini masih berproses, isu kongkalikong beberapa pimpinan KPK dengan dirinya.
Lontaran Nazaruddin tentang KPK ini tentu sangat memukul harapan publik terhadap pemberantasan korupsi yang sudah sangat jorok ini. Kalau KPK sudah tidak lagi dipercaya, dengan cara apa lagi rakyat bisa membenahi perampokan uang rakyat yang terus-menerus digerogoti oleh para pengelolanya.
Belum lagi lontaran Nazaruddin usai, muncul pernyataan pejabat lain yang tidak kalah meresahkan publik negeri ini. Dialah mantan petinggi partai Demokrat yang kini menjadi Ketua DPR RI, Marzuki Alie.
Seperti menindaklanjuti pernyataan yang dilontarkan teman separtainya, Marzuki langsung pada titik persoalan di KPK: pembubaran. Marzuki pun memberikan kabar gembira untuk para koruptor yang saat ini melarikan diri keluar negeri, mereka akan dimaafkan asal mau mengembalikan uang yang dikorupsi ditambah pajak.
Marzuki lupa kalau tabiat pencuri itu ada dua: tidak pernah mengaku kalau ia mencuri, dan tidak pernah mengembalikan apa yang dianggap orang lain harus dikembalikan.
Kalau mereka dimaafkan atas nama kebijakan negara dan bangsa, sama saja dengan memberikan angin segar bagi mereka-mereka yang berniat untuk menjadi koruptor: “Asyik, nggak masalah jadi koruptor, toh nanti juga akan dimaafkan!” mnh
foto: inilah.com