Sehingga sekarang Australia merasa kehilangan kendali terhadap Vanuatu, oleh sebab semakin menguatnya pengaruh Cina di Vanuatu, dan negara-negara lainnya di Pasifik Selatan. Dengan demikian, Australia memandang menguatnya pengaruh Cina tidak lagi dilihat dalam perspektif ekonomi. Melainkan juga dipandang berpotensi sebagai ancaman militer.
Pada April 2018, beberapa media di Australia mewartakan bahwa Cina sedang berupaya membangun pangkalan militernya di Vanuatu. Dan sebagai tindak-lanjutnya, pemerintah Cina mengadakan negosiasi dengan pemerintah Vanuatu.
Meskipun sumber informasi yang dilansir beberapa media di Australian itu belum jelas, namun dengan tiada ayal mengundang reaksi keras dari Australia dan Selandia Baru. Bahkan beberapa politisi di AS. Tak kurang dari Perdana Menteri Australia Malcom Turnbull, juga menyuarakan kekhawatirannya terhadap kemungkinan adanya pangkalan militer baru di Pasifik Selatan.
Menariknya, seperti juga kegelisahan beberapa komponen strategis bagnsa di Indonesia, sempat mencuat beberapa analisis mengenai kemungkinan Cina akan mengambil-alih pelabuhan terbesar kedua di Vanuatu, Luganville, yang berlokasi di kota terbesar kedua di Vanuatu, jika gagal mengembalikan utangnya kepada Cina.
Jika Cina berhasil menguasai pelabuhan Luganville, maka itu berarti kapal angkatan laut Cina dengan bebas bisa masuk, berlabuh maupun untuk perbaikan kapal, di perairan yang merupakan wilayah kedaulatan nasional Vanuatu. Hal ini, pada perkembanganya menciptakan prakondisi bagi Cina untuk membangun pangkalan militernya di Vanuatu.
Sebagaimana beberapa informasi yang dilansir media-media di Australia, Cina nampaknya berkeinginan membangun pangkalan militernya buat angkatan laut Cina di Luganville.
Baca Juga artikel dari Sofia Pale:
Will there be a Chinese Military Base in Vanuatu?
Sekadar informasi, Vanuatu merupakan salah satu negara yang ikutserta dalam prakarsa transportasi global Cina yaitu One Belt One Road (OBOR). Kabarnya Cina sudah mengeluarkan anggaran 100 juta dolar AS untuk perbaikan dan perluasan pelabuhan Luganville.
Bagi Australia yang lokasinya praktis berbatasan dengan Vanuatu, jelas sangat khawatir. Namun baik pihak Vanuatu maupun Cina, sama-sama membantah berita tersebut. Bahkan Cina menyebut itu sebagai hoax alias fake news. Benarkah itu hanya berita hoax?
Kalau merujuk pada modus operandi Cina di Afrika, kekhawatiran bakal dibangunnya pangkalan militer Cina di Vanuatu masuk akal juga. Di Djibouti, Afrika, pada 2017 Cina telah berhasil membangun pangkalan militernya di Djibouti tersebut. Hal ini mengindikasikan bahwa secara bertahap Cina tidak sekadar memperluas pengaruh ekonominya, namun juga semakin memperkuat cengkraman militernya di berbagai kawasan dunia. Meskipun awalnya mungkin akan berdalih sekadar untuk mengamankan kepentingan bisnisnya.
Letak geografis Djibouti memang strategis, berada di pantai barat teluk Aden dan Selat Bab el-Mandeb, yang menuju Lautan Hindia dan Terusan Suez. Sehingga dari sudut pandang geopolitik Jalur Sutra sangatlah strategis, sebab merupakan salah satu rute maritim dari Asia ke Eropa. Sangat krusial bagi kepentingan perdagangan luar negeri Cina.
Dengan demikian, ketika Cina saat ini terlibat pertikaian wilayah perbatasan yang cukup tajam di Laut Cina Selatan dan Laut Cina Timur, selain perang dagang AS-Cina, Termasuk persaingan pengaruh antara AS dan Cina di Pasifik, maka menguasai pangkalan militer di Vanuatu, amatlah strategis bagi Cina. Sehingga kehadiran angkatan laut Cina di Pasifik akan menciptakan perubahan perimbangan kekuatan di Pasifik, yang menguntungkan Cina.
Indikasi ke arah kerjasama militer Vanuatu-Cina, nampaknya semakin menguat dengan kunjungan Perdana Menteri Vanuatu Charlot Salwai ke Beijing pada Mei 2019. Dan mengadakan pertemuan baik dengan Presiden Xi Jinping dan Perdana Menteri Li Keqiang.
Dalam pertemuan kedua negara ditegaskan pentingnya membangun kerjasama berdasarkan prinsip keseteraan, dan kedua negara bersepakat untuk membangun kemitraan strategis melalui berbagai cara dan peluang yang yang memungkinkan. Cina juga bersedia melanjutkan bantuannya kepada Vanuatu, dengan mengintegrasikan strategi pembangunannya dengan skema OBOR Cina.[end]
Diolah oleh Hendrajit, Pengkaji Geopolitik, Global Future Institute.