Alhasil, pada 2018 bantuan Cina kepada Vanuatu total mencapai jumlah 243 juta dolar AS. Dua kali lipat lebih besar dibandingkan bantuan pemerintah AS. Jika kita telisik data utang luar negeri Vanuatu yang total berjumlah 440 juta dolar AS. Maka separuh dari total jumlah utang Vanuatu, berasal dari Cina.
Menariknya lagi, jumlah investasi Cina di Vanuatu pun semakin meningkat. Dalam hal ini, Cina memberi bantuan keuangan terkait proyek-proyek insfrastruktur berskala besar. Misal, proyek pemasangan jaringan telekomunikasi negara bernilai sekitar 37 juta dolar AS.
Serangkaian fakta-fakta tersebut, pada perkembangannya telah menggelisahkan Australia, sekutu Inggris yang secara geografis berdekatan dengan Vanuatu. Mengingat kedekatan geografisnya dengan pantai timur Australia, maka Vanuatu berada dalam zona keamanan/security zone Australia.
Selain itu, sebagai negara eks koloni Inggris, Vanuatu punya ikatan hubungan ekonomi dan kebudayaan dengan Australia. Sehingga Australia boleh dibilang merupakan mitra utama Vanuatu. Namun sekarang, nampaknya Australia baru menyadari betapa berbahayanya pengaruh Cina di Vanuatu. Dan sepertinya mulai menyesali mengapa sewaktu Cina gencar-gencarnya memberi bantuan ekonomi dan keuangan kepada Vanuatu, Australia sepertinya tidak peduli dengan negara di kawasan Pasifik Selatan tersebut. Kalau tidak salah, nilai investasi Australia di Vanuatu hanya sebesar 0,5 juta dolar AS, ketika Cina lagi gencar-gencarnya memberi bantuan investasi dan hibah. Dan patut dicatat, waktu itu Australia belum membayangkan Cina bakalan bangkit sebagai raksasa ekonomi yang ekspansif seperti sekarang.