Eramuslim.com -Hal senada pernah dikatakan oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah dengan menukil perkataan Imam Abul Husain Ahmad bin Jafar bin Munadi salah seorang ulama Hanabillah yang sangat masyhur di zamannya- berkata:
“Demikianlah juga para ulama sepakat bahwasanya Bumi dengan segala gerakannya, baik di darat maupun di laut itu bulat [Lihat Majmu Fatawa Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah 25/159]. Dan Syaikhul Islam pun menukil adanya ijma para ulama mengenai hal ini dari Imam Ibnu Hazm dan Abul Faraj Ibnul Jauzi.” [Majmu Fatawa 6/586].
Berkata Imam Ibnu Hazm:
“Kita katakan kepada orang yang tidak memahami masalah ini: Bukankah Allah mewajikan kepada kita untuk shalat Dzuhur apabila matahari telah bergeser ke arah barat (zawal)? Pasti dia akan menjawab: Ya. Lalu tanyakan kepadanya tentang makna bergesernya matahari ke arah barat, pasti jawabannya adalah bahwa matahari telah berpindah dari tempat pertengahan jarak antara waktu terbitnya dengan waktu tenggelamnya, dan ini terjadi di semua waktu dan semua tempat. Maka orang yang mengatakan bahwa Bumi itu datar dan tidak bulat dia harus mengatakan bahwa orang yang tinggal di daerah Bumi paling timur harus shalat Dhuhur saat matahari barusan terbit, juga orang yang tinggal di daerah paling barat tidak menjalankan shalat Dhuhur kecuali di pengunjung siang dan ini adalah sesuatu yang sudah keluar dari ketetapan syariat Islam [Al-Fishal 2/87 dengan diringkas].
Dalam bukunya, Syaikh Abdul karim Al-Humaid menuliskan:
“Adapun firman Allah pada surah Al-Ghasyiyah [88]:20. Artinya: ‘Dan bumi bagaimana dihamparkan?’. Ayat ini sama sekali tidak menunjukkan bahwa bumi itu datar, karena sebuah benda yang bulat kalau semakin besar, maka akan semakin tidak kelihatan bulatnya dan akan nampak seperti datar.” [Hidayatul Hairan Fi Masalatid Daurah oleh Syaikh Abdul karim Al-Humaid hal. 56]
Berkata Syaikh Bin Baz:
“Keberadaan bumi itu bulat tidak bertentangan dengan bahwa permukaan bumi itu datar yang layak untuk dijadikan tempat tinggal, sebagaimana firman Allah Taala seperti dalam firmanNya yang srtinya : ‘Dialah yang menjadikan bumi sebagai hamparan’ [Al-Baqarah [2] ; 22]
“Juga firmanNya dalam surah An-Naba [78] : 6-7 yang artinya : ‘Bukankah Kami telah menjadikan bumi itu sebagai hamparan dan gunung-gunung sebagai pasak? [An-Naba [78] : 6-7], dan juga pada surah Al-Ghasyiyah [88] : 20 yang artinya, “Dan bumi bagaimana dihamparkan?’” [Al-Ghasyiyah [88] : 20]
Kesimpulannya, Bumi itu bentuknya bulat namun permukaannya datar agar bisa dijadikan tempat tinggal dan dimanfaatkan oleh manusia. Dan saya tidak menemukan dalil naqli dan hissi yang menentang masalah ini [Lihat Al-Adilah An-Naqliyah wal Hissiyah oleh Syaikh Ibnu Baz hal. 103]
Langit juga Bulat
Adapun mengenai keberadaan bahwa langit itu bulat, maka ini pun sesuatu yang telah disepakati oleh para ulama Islam.
Berkata Imam Ibnu Katsir:
“Imam Ibnu Hazm, Ibnul Munadi dan Ibnu Jauzi serta para ulama lainnya telah menukil adanya ijma bahwa langit itu bulat” [Al-bidayah wan Nihayah 1/69 tahqiq DR Abdullah At-Turki, lihat juga Al-Fishal 1/97-100]
Dan ini pula yang dikatakan oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah:
“Telah kami jelaskan bahwa langit itu bulat menurut para ulama dari kalangan sahabat dan tabiain, bahkan tidak hanya satu orang ulama yang mana mereka adalah orang paling mengetahui tentang riwayat menyatakan bahwa langit itu bulat, seperti Abul Husain bin Munadi, Ibnu Hazm dan Ibnul Jauzi”. [Majmu Fatawa 25/195]
Dalil mengenai masalah ini sangat banyak, di antaranya adalah firman Allah pada surah Yasin 40 yang artinya :
“Tidaklah mungkin bagi matahari mendapatkan bulan dan malam pun tidak dapat mendahului siang. Dan masing-masing beredar pada garis edarnya”. [Yasin [36]: 40]. Berkata Hasan Al-Bashri bahwa maksudnya adalah berputar, berkata Ibnu Abbas: Berputar pada falak seperti falkah mighzal yaitu kayu berbentuk bulat yang digunakan untuk menenun kain.
Juga firman Allah dalam surah Al-Anbiya 32 yang artinya:
“Dan Kami jadikan langit itu sebagai atap yang terjaga” [Al-Anbiya : [21] : 32]
Keberadaan langit sebagai atap Bumi, sedangkan Bumi itu bulat maka langit pun bulat. Berkata Syaikhul Islam ibnu Taimiyah :
“Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengkhabarkan bahwa Arsy itu seperti kubah, dan ini adalah sebuah isyarat bahwa langit itu bulat”.
Bumi berada di tengah langit
Beberapa ilmuwan dan ahli tafsir Muslim pada masa keemasan Islam telah berpendapat bahwa Bumi kita ini adalah pusat alam semesta. Dia berada persis di tengah-tengah lingkaran langit.
Hal ini adalah sesuatu yang disepakati oleh para ulama sebagaimana dinukil oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah dalam beberapa tempat dalam Majmu Fatawa beliau.
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah berkata:
“Bahwasanya Bumi terletak di tengah bulatan langit. Yang menunjukkan hal ini adalah bahwasanya semua benda langit itu terlihat dari Bumi di segala penjuru langit dalam jarak yang sama, ini semua menunjukkan bahwa jauhnya antara bumi dan langit itu sama dari segala sisi, dan ini dengan tegas menunjukkan bahwa bumi itu terletak persis di tengah-tengah” [Majmu Fatawa 25/195]
Pada masa lalu, ilmuwan Eropa, Galileo Galilei (1546-1642) mengatakan dengan tegas bahwa Bumi berbentuk bulat.
Pernyataannya ini oleh otoritas Gereja dianggap menyimpang sehingga dia harus dihadapkan pada hukuman mati.
Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, kebenaran pernyataan Galileo tersebut pun semakin jelas.
Belakangan, tak sedikit orang yang beranggapan bahwa Galileo-lah orang pertama yang menemukan teori bulatnya Bumi.
Padahal bentuk Bumi yang bulat sudah dipercaya pada zaman keemasan Islam, oleh karena itulah maka kapal-kapal laut dari wilayah Timur Tangeh dan Persia telah berdagang dikala itu.
Mereka sudah berlayar ribuan mil jauhnya hingga menuju benua Amerika dan bertemu dengan bangsa asli Amerika, bahkan mereka sudah ke Selatan benua Afrika dan juga sudah sampai ke kawasan Asia Timur.
Bagaimana Pendapat Ulama Islam?
Sebenarnya jauh-jauh sebelum Galileo, sudah banyak ulama dan ilmuan yang mengatakan bahwa pelanet bumi ini berbentuk bulat. Lebih jelasnya mari kita lihat beberapa perkataan ulama Islam berikut ini:
Ilmuwan Islam, Ibnu Khaldun (1332 – 1406 M / 732H – 808 H) mengatakan:
“Ketahuilah, sudah jelas di kitab-kitab para ilmuan dan peneliti tentang alam bahwa bumi berbentuk bumi….” (Muqaddimah Ibnu Khaldun, Kairo).
Ulama Islam, Ibnu Taimiyah (1263-1328 M) mengatakan:
“Ketahuilah, bahwa mereka (para ulama) sepakat bahwa bumi berbentuk bulat. Yang ada di bawah bumi hanyalah tengah. Dan paling bawahnya adalah pusat….” (Al-Jawab Ash-Shahih li Man Baddala Din Al-Masih).
Bagi Qazuaini seorang ilmuwan Muslim, salah satu bukti Bumi berbentuk bulat adalah:
“Bintang-bintang dan planet-planet yang berbentuk bulat”. (Atsar Al-Bilad wa Akhbar Al-Bilad).
Selain mereka, masih banyak ilmuwan dan ulama Islam klasik yang menyebutkan di dalam bukunya bahwa bumi berbentuk bulat. Di antara buku tersebut adalah:
1. Muruj Al-Dzahab wa Ma’adin Al-Jauhar, oleh Mas’udi Ali Husain Ali bin Husain (w. 346 H).
2. Ahsan Taqasim fi Ma’rifah Al-Aqalim, oleh Al-Maqdisi (w. 375 H)
3. Kitab Shurah Al-Ardh, oleh Ibnu Hauqal
4. Al-Masalik wa Al-Mamalik, oleh Al-Ishthikhry
5. Ruh Al-Ma’ani, oleh Imam Al-Alusi (ulama tafsir Al-Qur’an)
6. Mafatih Al-Ghaib, oleh Fakhru Ar-Razi (ulama tafsir Al-Qur’an)
Dan masih banyk lainnya.
Apakah Pendapat Para Ilmuwan dan Ulama Bertentangan dengan Al-Qur’an?
Tentu saja tidak. Justru Dr. Hadi bin Mar’i dalam bukunya “Mausu’ah Al-Ilmiyah fi I’jaz Al-Qur’anul Karim” (Penerbit Attawfiqiah, Kairo) mengambil dalil bumi berbentuk bulat dari isyarat Al-Qur’an. Demikian juga para ahli tafsir lainnya.
Ada satu ayat Al-Qur’an lagi yang patut kita perhatikan sebagai tambahan penjelasan masalah ini, inilah jawaban telak tentang tuduhan bumi itu datar menurut Alqur’an surah Az-Zumar ayat 5:
“Dia menciptakan langit dan bumi dengan (tujuan) yang benar; Dia menutupkan malam atas siang dan menutupkan siang atas malam dan menundukkan matahari dan bulan, masing-masing berjalan menurut waktu yang ditentukan. Ingatlah Dialah Yang Maha Perkasa lagi Maha Pengampun.” (QS.Az-Zumar:5)
Kata “at-takwir” artinya adalah menggulung. Dalam hal ini seperti menggulung sorban di kepala dengan cara melingkarinya terus-menerus. Pada ayat diatas dengan jelas Allah berfirman bahwa malam menggulung siang dan siang menggulung malam.
Kalau malam dan siang dapat saling menggulung, pastilah karena keduanya berada pada satu tempat yang bulat secara bersama-sama. Bagaimana keduanya dapat saling menggulung jika berada pada tempat yang datar?
Dari keterangan ayat diatas juga dapat diperoleh gambaran bahwa pada permukaan bumi ini setiap saat, separuh permukaannya senantiasa malam, dan separuh lagi permukaannya adalah siang hari.
Hal ini dapat digambarkan dari keterangan ayat, dimana seolah-olah bagian kepala dari sang malam itu menggulung bagian ekor dari sang siang, namun pada saat yang sama bagian kepala dari sang siang sedang menggulung pula bagian ekor dari sang malam.
Sebanyak bagian siang yang digulung malam, maka pada saat yang bersamaan, sebanyak itu pula bagian malam yang sedang digulung oleh sang siang. Sekali lagi, keterangan ini menggambarkan bahwa terjadinya hal menakjubkan tersebut di atas Bumi, hanya jika permukaan Bumi itu: bulat adanya!
Ajaibnya, keterangan-keterangan ini ditulis dalam ayat-ayat Al-Qur’an pada 14 abad yang lalu, disaat orang-orang Eropa dan Amerika masih primitif, dan masih menganggap Bumi ini datar serta menganggapnya sebagai pusat bagi tata surya.
Ratusan Astronom dan Ilmuwan Muslim di Zaman Ke-Emasan Islam
Pada masa keemasan Islam, para ahli Muslim diantaranya termasuk astronom, selalu mengamati langit. Mereka telah meneliti alam semesta ini dengan sangat seksama. Oleh karena itulah, navigasi pada zaman keemasan Islam sangat maju. Hal itulah yang membuat mereka bisa berlayar mengarungi lautan kemana-mana.
Beberapa astronom yang paling terkenal itu diantaranya adalah:
1. Khawarazmi (780 – 850)
2. Al Farazi (790)
3. Al Battani (s. 850 – 923)
4. Al Farghani (870)
5. Abul Wafa (940 – 998)
6. Abu Nashr Mansur (970 – 1036)
7. Ibnu Sina (986-1037)
8. Abul Qasim Maslamah bin Ahmad Al-Majriti (1008)
9. Omar Al-Khayyám (1048 – 1131)
10. Ibnu Rusyd (1126 – 1198)
11. Ibnu Bajjah (1138)
12. Al Tusi (1201 – 1274)
dan banyak lainnya.
Dua pertiga (2/3) bintang yang sekarang kita lihat dilangit bernamakan Arab. Hal ini terjadi karena pada masa lalu langit sudah diteliti secara cermat oleh umat Muslim. Olah karena itulah bintang-bintang yang bertabuaran diberikan nama Arab di masa itu.
Kemudian nama-nama itu kini diganti dengan nama-nama dewa-dewa Yunani oleh saintis non-Muslim yang mempelajari astronomi pasca kejayaan Islam, melalui buku-buku ilmuwan Muslim pada masa sebelumnya itu. Lalu mereka menconteknya, mempelajarinya dan semua buku-buku ilmuwan Islam itu dibakar, banyak darinya musnah hingga kini.
Dengan demikian mereka akan mendapatkan nama yang terkenal dan tertera di sejarah barat, serta mendapatkan hak cipta atau hak paten atas temuan-temuannya, yang sebenarnya mencontek itu.
Berbeda dengan pandangan Islam, jika ilmuwan menemukan apapun itu, maka harus berbagi ilmu temuannya.
Jika terdapat temuan baru, maka tidak diperbolehkan untuk mempatenkannya apalagi mengambil keuntungan banyak dari hasil temuannya.
Karena dalam Islam, ilmu adalah amal yang terus mengalir walau orang tersebut telah tiada. Maka ilmu harus dibagikan gratis, bahkan diajarkan kepada lainnya.
Pada masa keemasan Islam, saintis muslim jumlahnya ribuan, dan mereka sudah meyakini bahwa Bumi bundar, bukan datar seperti telor ceplok, jauh sebelum Phytagoras, Gelileo, Newton, Kepler dan lainnya.
Di Alkitab disebutkan bahwa Yesus ditempakan di gunung yang tinggi dan juga pohon yang tinggi agar dapat melihat semua kerajaan di Bumi hingga yang paling pinggir. Ini artinya bahwa Bumi datar, dan matahari serta semua planet mengelilingi Bumi. Padahal banyak kerajaan yang berada disisi Bumi lainnya ketika mereka ada di malam hari dan tak terlihat ketika siang hari.
Perihal Bumi datar kemudian dibantah oleh ilmuwan dan beberapa darinya dihukum mati. Sedangkan Galileo Galilei (1546-1642) dipenjara karena menentang Gereja dan juga isi Alkitab.
Hal itu terjadi ketika pada tahun 1612, Galileo pergi ke Roma dan bergabung dengan Accademia dei Lincei untuk mengamati bintik Matahari. Pada tahun itu juga, muncul penolakan terhadap teori Nicolaus Copernicus, teori yang didukung oleh Galileo.
Pada tahun 1614, dari Santa Maria Novella, Tommaso Caccini mengecam pendapat Galileo tentang pergerakan Bumi, memberikan anggapan bahwa teori itu sesat dan berbahaya karena bertolak belakang dengan isi kitab suci.
Galileo sendiri pergi ke Roma untuk mempertahankan dirinya. Pada tahun 1616, Kardinal Roberto Bellarmino menyerahkan pemberitahuan yang melarangnya mendukung maupun mengajarkan teori Copernicus.
Galileo menulis Saggiatore pada tahun 1622, yang kemudian diterbitkan pada 1623. Pada tahun 1624, ia mengembangkan salah satu mikroskop awal.
Pada tahun 1630, ia kembali ke Roma untuk membuat izin mencetak buku “Dialogo sopra i due massimi sistemi del mondo” yang kemudian diterbitkan di Florence pada 1632.
Namun, pada tahun itu pula, Gereja Katolik menjatuhkan vonis bahwa Galileo harus ditahan di Siena.
Kardinal Francesco Barberini, protes kepada Galileo Galilei, kemudian Galileo telah dikutuk oleh Gereja Katolik untuk “kecurigaan keras bid’ah”.
Kini dengan teknologi modern, terbukti bahwa Bumi bulat bundar. Ilmuwan Islam terbukti benar. Dan mereka sudah mengetahuinya ribuan tahun sebelum para saintis non-Muslim. Tapi sayang, pada masa sekarang, banyak umat Muslim yang kembali percaya bahwa Bumi datar mirip ketika pra-Islam. Mereka tak mengenal rumus matematika dan fisika.
Jika Bumi datar, mereka juga tak mengerti bagaimana terjadinya Aurora? Seberapa lama perjalanan planet-planet mengelilingi orbitnya? Dan lain sebagainya. Mereka hanya berteori dan tak membahas rumus!
Jika Bumi datar, bagaimana ada kutub utara dan kutub selatan? Apakah jika ada magnet berbentuk lempengan seperti kancing, maka kutub utaranya ada di tengah, dan kutub selatannya ada dipinggiran?
Silahkan untuk mencari tahu, atau membuat magnet berbentuk lempengan seperti teori Bumi datar, dan buktikan kedua kutubnya ada dimana. Apakah kedua kutub ada di tengah dan disekeliling pinggirnya, atau kedua kutubnya ada diatas dan dibawah lempengan.
Anehnya, mereka percaya bukan pada ilmuwan dan ilmu astronomi, namun lebih percaya kepada orang yang menafsirkan Alquran, yang mana penafsirnya tak mempelajari Sastra Alquran yang otomatis tak mengerti apa yang dimaksud oleh kitab suci itu.
(©IndoCropCircles.com/wikipedia/lampu islam/berbagai sumber lainnya)
Referensi:
- jcgi.pathfinder.com, “Obituaries“. Time Magazine. 1942-10-19. Retrieved 2007-04-21.
- books.google.co.uk, Garwood, Christine (2007). Flat Earth. Macmillan.
- wikipedia, Garwood 2007
- wikipedia, Gardner, Martin (1957). “Flat and Hollow”. Fads and Fallacies in the Name of Science (Second ed.). Dover Publications. ISBN 0-486-20394-8.
- newspapers.com, “Good Lord Will Come to Zion About Sept. 10, Voliva Believes”. The Racine Journal-Times. August 16, 1934. Retrieved August 12, 2014.
- wikipedia, Figure of the Earth
- lampuislam, Menjawab Tuduhan Bahwa Al-Qur’an Mengatakan Bumi Itu Datar
- islamislogic, 101 Ilmuwan Muslim