Jika benar bahwa virus Covid-19 sejatinya bukan virus alami melainkan hasil rekayasa manusia, Wayne Madsen berpandangan bahwa propaganda-proganda yang disuarakan melalui The Epoch Times, hal itu malah menempatkan Falun Gong sebagai tersangka utama. Baik dalam menebarkan maupun memprogandakan virus Covid-19.
Wayne Madsen nampaknya melihat adanya keserupaan antara Falun Gong dan Gerakan Aum Shinrikyo Jepang. Gerakan Aum Shinrikyo telah melancarkan terorisme biologis-kimia berupa serangan gas Sarin, terhadap sistem stasiun bawah tanan di Tokyo, Jepang, pada 20 Maret 1995. Sehingga menewaskan 13 orang dan ribuan korban lainnya mengalami luka-luka.
Aum Shinkriyo juga kedapatan memiliki virus Ebola yang berasal dari Zaire pada 1992. Adapun terjadinya bunuh diri massal yang dipicu oleh pemimpin kultus keagamaan People’s Temple, Jim Jones, yang punya tautan erat dengan CIA, juga kedapatan terlibat riset terkait perang biologis, di Guyana.
Satu lagi catatan yang tak boleh kita abaikan. Jones ternyata punya kaitan erat dengan kegiatan riset terkait perang biologis dan kimia, di Dugway Proving Grounds, Utah, dan sebuah riset yang terkait erat dengan program CIA di St. George Universtiy Medical School, di Granada.
Pada 1984, kultus keagamaan Bhagwan Shree Rajneesh cult, yang mengklaim dirinya sebagai sebuah gerakan mistik India, telah menebar racun bernama Salmonella typhi, pada salad bars di 10 restoran di Dallas, Oregon, yang berakibat timbulnya demam typhoid. Akibatnya, 751 orang terpaksa dirawat di rumah sakit.
Indikasi keterlibatan Falun Gong dalam melancarkan perang biologis itu, nampaknya sejalan dengan laporan intelijen Inggris pada Februari 2014 lalu, UK Secret UK Eyes Only”, yang disampaikan oleh the Defense Science and Technology Laboratory (DSTL) , di Porton Down, Inggris. Dalam laporan tersebut dikatakan bahwa Non State Actors akan berupaya merekayasa virus yang sama mematikannya dengan virus Ebola.
Dan Falun Gong, kiranya masuk dalam kategori Non State Actors. Namun seperti tulisan-tulisan Hendrajit, M Arief Pranoto maupun Sudarto Murtaufiq, meskipun Falun Gong terlibat dalam penyebaran maupun progaganda Covid-19, hal itu hanya mengindikasikan adanya tautan erat dengan para aktor non negara pada level atau lapisan yang lebih tinggi lagi.
Mencuatnya Falun Gong secara potensial sebagai tersangka pelaku, setidaknya di New York, maka tesis para peneliti senior Global Future Institute yang berkesimpulan adanya keterlibatan China Diaspora dan Yahudi Diaspora di balik Covid-19, nampaknya semakin masuk akal.
Di tengah upaya Falun Gong yang bertahan secara diam-diam, gerakan itu semakin mengakar di antara diaspora Cina yang tersebar di berbagai negara. Banyak pengikut Falun Gong yang melarikan diri ke luar negeri untuk mencari suaka. Pusat Informasi Falun Dafa mengungkapkan pengikut Falun Gong tersebar di lebih dari 70 negara.
Diolah dan ditambahkan oleh Hendrajit, (Pengkaji Geopolitik, Global Future Institute).