Bahkan ketika badan intelijen AS dan Inggris menuding Presiden Irak Saddam Hussein telah memiliki senjata pemusnah massal, sejarah membuktikan bahwa ternyata itu merupakan tuduhan palsu. Sebaliknya sejarah membuktikan bahwa dilancarkannya perang biologis, seringkali dipicu oleh adanya pemujaan terhadap kultus pemimpin keagamaan melalui tokoh yang mengklaim dirinya sebagai pemimpin spiritual. Seperti gerakan keagaamaan melalui gerakan yang dipimpin Aum Shinrikyo dari Jepang. Atau the Bhagwan Shree Rajneesh cult, dan juga the “People’s Temple” of Reverend di bawah pimpinan Jim Jones. Dan di Cina, salah satu yang dapat sorotan menyusul mewabahnya Covid-19 adalah, Falun Gong. Falun Gong, menurut Wayne Madsen dalam artikelnya berjudul:
Cults and Bioterrorism: A Toxic Duo , merupakan sebuah komunitas yang seolah-olah merupakan perkumpulan spiritual yang bertumpu pada kultus kepemimpinan agama (a shadowy religious cult) yang punya hubungan erat dengan badan intelijen AS CIA. Falun Gong mendapat penghargaan dari Presiden AS Donald Trump. Dan progaganda Falun Gong juga mendapat dukungan dari beberap senator sayap kanan partai Republik seperti Tom Cotton dari negara bagian Arkansas, Ted Cruz dari negara bagian Texas, mantan duta besar AS di Perserikatan Bangsa-Bangsa, Nikki Haley, dan komentator radio berhaluan sayap kanan Rush Limbaugh.
Begitulah. Nampaknya beberapa tokoh sayap kanan AS lah yang paling getol menuding pemerintah Cina menyebarkan virus Covid-19 sebagai senjata biologis. Misalnya saja pengacara pribadi Trump, Rudolph Giuliani. Adalah Rudolph Giuliani yang mantan walikota New York itu pula, yang secara terbuka mendukung semacam pemujaan keagamaan di Iran bernama the Mojahedin-e-Khalq (MEK).
Propaganda Falun Gong secara pelan tapi pasti menembus lingkaran diplomatic AS, termasuk menteri luar negeri Mike Pompeo. Propaganda yang ditebar Falun Gong adalah bahwa Covid-19 merupakan proyek dari Partai Komunis Cina.