Tahun 1960, Chile dihantam gempa besar berkekuatan 9,5 skala richter. sebanyak 6000 orang tewas. Tak terhitung jumlah korban luka dan kerusakan lainnya.
Saat itu, Kuba baru saja revolusi. Ekonominya masih morat-marit. Namun, kendati dicekik oleh kesulitan, Kuba tetap mengirim dokternya ke Chile.
Tahun 1963, Aljazair yang baru merdeka dari Perancis mengalami krisis tenaga kesehatan. Banyak warganya, terutama di daerah terpencil, yang meninggal tanpa tersentuh tenaga dan fasilitas kesehatan. Tanpa hitung-hitungan, Kuba mengirim 56 dokter ke Aljazair.
Tahun 1980-an, Nikaragua yang baru saja bernapas setelah kejatuhan diktator Somoza juga mengalami krisis tenaga kesehatan. Kuba langsung mengirim ratusan tenaga kesehatan, dari ahli, dokter, hingga paramedis.
Sepanjang 1970-an hingga 1980an, dokter-dokter Kuba, yang disebut “Brigade Kesehatan”, juga dikirim ke Peru, Honduras, Ethiopia, Yaman, Mozambik, Guinea-Bissau, dan lain-lain.
Tahun 1998, ketika negara-negara Karibia dan Amerika tengah dihantam badai Mitch dan George yang menewaskan puluhan ribu orang, Kuba juga mengirim ribuan tenaga dokter ke negara-negara paling terdampak.
Tahun 2000, ketika El Salvador diserang wabah deman berdarah, Kuba juga mengirim dokter.
Lalu, pada 2004, ketika Indonesia (Aceh) dan sejumlah negara dihantam gempa bumi dan tsunami, Kuba juga mengirim banyak tenaga dokter.
Tahun 2005, Amerika Serikat, negeri yang paling membenci Kuba, diterjang badai Katrina. Badai ini membunuh hampir 2000-an warga Amerika. Belum terhitung kerusakan dan kerugian yang ditinggalkannya.
Saat itu, Kuba termasuk negeri pertama di dunia yang menawarkan bantuan. Tak tanggung-tanggung, Kuba menawarkan akan mengirim 1.586 dokter dan 26 ton obat-obatan. Sayang, AS menolak itikad baik itu.
Tahun 2006, ketika Jogja dihantam gempa yang menewaskan 6000-an orang, Kuba juga mengirimkan 135 dokter dan tenaga medis. Tahukah anda, dokter-dokter itu langsung dikirim ke Jogja hanya 40 jam setelah Fidel Castro, Presiden Kuba saat itu, menelpon Presiden SBY untuk menawari bantuan.
Tahun 2010, giliran Haiti yang dihantam gempa bumi besar, yang menewaskan hampir 200 ribu rakyatnya. Kuba menjadi negara pertama yang mengirimkan dokter. Sampai-sampai, Presiden Haiti kala itu, Rene Preval, bilang, “pertolongan pertama datang dari Tuhan, setelah itu dokter Kuba.”
Tahun 2014, ketika pagebluk Ebola menjalari bagian barat Afrika, Kuba juga di garis depan. Ratusan dokter dan paramedis Kuba juga dikirim ke sana.
Jadi, sepanjang 1960an hingga sekarang, Kuba selalu paling cepat dan paling terdepan dalam mengirim dokter ke negara-negara yang terpukul bencana, baik wabah, bencana alam, maupun krisis kemanusiaan.
Bagi Kuba, yang diinspirasi oleh Fidel Castro dan Che Guevara, mengirim dokter secara gratis dan tanpa pamrih ke berbagai belahan dunia itu perwujudan salah satu komitmen penting revolusi Kuba, yaitu internasionalisme.
“Menjadi internasionalis berarti membayar utangmu pada kemanusiaan. Barang siapa yang tak bisa berjuang untuk orang lain, maka tak akan sanggup berjuang untuk dirinya sendiri,” kata Fidel Castro.
Jadi, bagi Kuba, mengirim dokter ke mana-mana, yang tampa pamrih itu, hanyalah usaha negeri kecil itu untuk membayar utangnya pada kemanusiaan.