Awas Penyesatan Sejarah! Republik Lanfang, Republik Pertama di Kalbar?

Setelah beberapa tahun berjalan mengerjakan tambang emas di Mandor ini, para pakar pencari emas dari Cina ini kemudian mengindikasikan adanya suatu tempat tak begitu jauh dari Mandor yang disinyalir lebih banyak mengandung emasnya.

Namun wilayah itu adalah wilayah kekuasaan dari Kesultanan Sambas yaitu daerah yang bernama Montraduk. Maka kemudian utusan pekerja tambang emas Cina ini menghadap Sultan Sambas mengenai potensi emas di Montraduk ini.

https://www.eramuslim.com/framework/media/2017/08/240px-Seal_of_Lanfang.svg_.png

Lambang Lan Fang

Mendengar hal demikian Sultan Sambas kemudian mengijinkan untuk membuka tambang emas di Montraduk oleh orang-orang Cina dengan syarat bagi hasil yaitu sebagian hasil emas adalah untuk pekerja tambang dari Cina ini, dan sebagian hasil yang lain adalah untuk Sultan Sambas sebagai pemilik Negeri.

Maka kemudian dibukalah tambang emas di Montraduk pada sekitar tahun 1750, yaitu tambang emas kedua setelah di Mandor. Sungguh diluar dugaan bahwa potensi emas di wilayah Kesultanan Sambas ini sangat melimpah ruah.

Setelah Montraduk, berturut-turut dibuka lagi tambang emas di Seminis, Lara, Lumar yang semuanya di wilayah Kesultanan Sambas dan memberikan hasil emas yang sangat memuaskan. Sebagai dampaknya, gelombang kedatangan orang-orang China semakin melimpah ke wilayah Kalimantan Barat, khususnya ke wilayah Kesultanan Sambas. Mereka berdatangan berdasarkan pertalian keluarga, sekampung halaman atau sesama kumpulan.

Pada sekitar tahun 1770 Masehi telah ada sekitar lebih dari 20.000 orang-orang Cina pekerja tambang emas di wilayah Kalimantan Barat ini yang sekitar 70 % dari jumlah pekerja tambang emas berada di wilayah Kesultanan Sambas yang berpusat di Montraduk.

Sultan-sultan di Kalimantan Barat yang mendatangkan buruh yang berasal dari China pada abad ke-18 untuk bekerja dalam pertambangan emas atau timah itu, terdapat sejumlah “komunitas pertambangan” (kongsi) yang menikmati beberapa otonomi politik dan Lanfang dikenal oleh sejarah berdasarkan tulisan oleh Yap-Yoen Siong, menantu Kapitan terakhir kongsi Lanfang, yang diterjemahkan ke dalam bahasa Belanda pada tahun 1885.

Sejarah Kedatangan Low Fang Pak, Pendiri Lan Fang

Low Fang Pak mulai bertualang pada usia 34 tahun. Dia merantau ke Kalimantan Barat saat ramainya orang mencari emas (Gold Rush), dengan menyusuri wilayah Han Jiang menuju Shantao, sepanjang pesisir Vietnam kemudian berlabuh di pulau Kalimantan bagian barat (wilayah Kesultanan Sambas) pada usia sekitar 41 tahun, yaitu pada sekitar tahun 1774 – 1775 ke daerah Kongsi yang ada di wilayah Kesultanan Sambas.