AS sendiri yang mendukung AS sendiri pula yang memainkan. Lihat saja bagaimana Partai Islam Turkistan, yang sebagian besar berbasis di Pakistan barat laut, dianggap sebagai organisasi teroris oleh AS, bersama dengan negara-negara besar lainnya seperti Rusia, dan tentu saja Cina dan tetangganya Pakistan.
Pada tahun 2001, militan Uyghur sedang mempersiapkan perang gerilya di kamp yang sama yang terletak di Afghanistan di mana CIA dan ISI, dinas intelijen Pakistan, pernah memberikan pelatihan kepada para ekstremis Mujahidin – untuk menghambat pasukan Soviet yang berada di Afghanistan 40 tahun yang lalu. Antara tahun 1990 dan 2001, Partai Islam Turkistan melakukan lebih dari 200 aksi teroris, termasuk meledakkan kendaraan, pasar dan membunuh pejabat pemerintah Cina.
Setelah serangan 11 September di AS, para ekstremis Uighur terlihat berperang melawan tentara AS selama “Perang Melawan Teror” Washington di Afghanistan. Lebih dari 20 orang Uyghur dikirim ke kamp penahanan Guantanamo yang dikelola AS di Kuba tenggara, dengan beberapa orang Uyghur ditahan di sana selama 12 tahun.
Para separatis Uyghur yang terkenal, seperti Anwar Yusuf Turani, kelahiran Xinjiang, pendiri Pemerintah Turkistan Timur di pengasingan, tinggal sendirian di negara bagian Virginia, di pantai timur Amerika. Turani telah dijakian pion oleh AS dalam permainan catur melawan Cina. Terbukti, pada Juni 1999, ia bertemu dengan presiden Bill Clinton dan memintanya untuk mendukung gerakan politik yang mencari kemerdekaan bagi Xinjiang; dan Turani kemudian menikmati dialog dengan penerus Clinton, George W. Bush, yang berjanji untuk mendukung “hak asasi manusia” Uyghur dan dan wilayah lainnya di Cina.
Orang-orang buangan Uyghur terkemuka yang tinggal di AS menyerukan kemerdekaan Xinjiang dari Cina, seperti Rebiya Kadeer, seorang calon penerima Nobel Perdamaian lima kali, lahir di Xinjiang, dan yang juga tinggal di negara bagian Virginia, AS.
Selama 11 tahun hingga November 2017, ia adalah pemimpin Kongres Uyghur Dunia (WUC), yang berkantor pusat di Munich, dan yang sebagian didanai oleh Endowment Nasional Untuk Demokrasi (NED). NED, yang sebagian disubsidi oleh Kongres AS, memiliki sejarah panjang intervensi “soft power” di negara-negara berdaulat di seluruh dunia, seperti Cina, Nikaragua, Ukraina, dan sebagainya.
Kongres Uyghur Dunia didirikan pada April 2004 oleh Erkin Alptekin, mantan penasihat CIA
Suami Kadeer sebelumnya bekerja sebagai komentator untuk penyiar yang dikelola pemerintah AS, Radio Free Asia. Seperti Turani, Kadeer adalah juga pion bagi Washington dalam persaingan geopolitik antara AS dan Cina. Di masa lalu, ia menerima undangan bertemu dengan presiden George W. Bush dan Menteri Luar Negeri Condoleezza Rice, untuk mencari dukungan bagi kemerdekaan Uyghur dari Cina. Selama kunjungan Juni 2019 ke Jepang, salah satu sekutu AS, ia meminta Tokyo untuk memberikan lebih banyak dukungan politik bagi Xinjiang.