Eramuslim.com – Mencermati sikap AS, Australia dan Inggris yang kian agresif dan offensif terhadap Cina dalam beberapa tahun terakhir ini, mengundang tanya apa yang jadi kekhawatirannya yang paling substansial terhadap Cina. Murray Weidenbaum dan Samuel Hughes dalam bukunya bertajuk The Bamboo Network, Jaringan Pengusaha Tirai Bambu, kiranya memberikan cerita latarbelakang yang cukup akurat mengapa AS dan sekutu-sekutunya dari Barat begitu khawatir pada Cina.
Weidenbaum dan Hughes menggunakan sudut pandang Bisnis dalam memandang kebangkitan apa yang disebut Cina Raya secara pesat sebagai matarantai dari aktivitas perdagangan, industri, dan keuangan. Dalam konteks inilah, Murray dan Hughes berpandangan bahwa ada empat daerah geografis yang berkelindan menjadi kesatuan yaitu Taiwan, Hongkong, Singapura dan tentu saja Cina daratan itu sendiri.
Taiwan merupakan daerah geografis yang memiliki kemampuan teknologi dan manufaktur dalam jumlah besar. Hongkong memiliki keunggulan kewirausahaan, dan pelayanan jasa yang terkemuka. Adapun Singapura memiliki jaringan komunikasi yang baik. Cina daratan memiliki sumberdaya alam dan sumberdaya manusia terutama tenaga kerja yang sangat besar. Alhasil, dari sudut pandang kerjasama bisnis Cina daratan dengan ketiga negara sebagaimana berdasar kerangka pandangan Murray dan Weidenbaum tadi, pada perkembangannya berhasil menjelma menjadi kekuatan modal keuangan yang luar biasa.
Meskipun secara politis Cina daratan (RRC) dengan Taiwan bermusuhan dan tidak bersahabat, namun dalam perspektif bisnis jaringan yang saling ketergantungan internasional antara Cina daratan, Taiwan, Hongkong, dan Singapura, justru semakin meningkat dan solid. Dengan terciptanya sebuah wilayah perekonomian yang bersifat unik melampau batas-batas geografis dan batas-batas antarnegara.
Secara lokasi geografis, Hongkong praktis berfungsi sebagai gerbang menuju Cina. Hongkong yang punya uang, bakat manajerial, keahlian dalam pemasaran, jaringan bisnis yang mendunia, dan teknologi canggih. Adapun daratan Cina memiliki pasokan tanah dan tenaga kerja dengan biaya yang rendah, namun kekurangan keahlian, uang dan teknologi. Keunggulan komparatif alami Hongkong diperkuat oleh kenyataan bahwa propinsi pesisir yang berdekatan dengan Guangdong di daratan Cina, merupakan tanah leluhur sebagian besar penduduk Cina Hongkong.