Kiang Gwan punya cabang di Bombay, Kalkuta, Karachi, Shanghai, Hongkok, Amoy Singapura, dan London. Dari sekelumit cerita ini, bisa disimpulkan bahwa kemenangan Cina dalam persaingan bisnis pribumi Sumatera Selatan berkat jaringan mereka yang rapi dan solid. Yang mana jaringan dagangnya merentang dari desa-desa sampai ke kota pelabuhan Palembang, Singapura, bahkan sampai ke India dan Cina.
Kiprah jaringan bisnis trans-nasional Cina ini semakin nampak jelas melalui modus operandi perdagangan beras di akhir abad-19 dan abadi ke-20. Yang menggambarkan juga adanya mata-rantai yang solid dari jalinan bisnis Cina di lingkar pedesaan dengan lingkar kota pelabuhan. Beras didatangkan ke Singapura dari Thailand, Burma dan Indo-China, dan kemudian diekspor kembali ke Semenanjung Malaya dan Hindia Belanda (Indonesia). Lalu sisanya dikirim ke Borneo.
Terkait jaringan Cina, perdagangan beras antara Thailand dan Singapura dilakukan melalui jaringan dagang regional dari etnis Teochiu. Mayoritas pedagang beras Thailand adalah etnis Cina Teochiu yang punya asosasi lokal dan regional. Sehingga pedagang beras Teochiu di Thailand berhubungan erat dengan pedagang beras di Singapura dan Hongkong, yang juga merupakan anggota asosiasi-asosiasi Teochiu, dan dengan demikian membentuk jaringan bisnis regional Teochiu.
Maka itu, ketika Mochtar Riady menyerukan kepada 3000 taipan rantau di seluruh dunia agar bersedia investasi di Indonesia, bisa dipastikan pola jaringan pebisnis Cina berbasis etnis inilah yang digalang oleh pemilik Lippo Group ini. Setidaknya, dengan menggalang jaringan bisnis regional Cina yang membentang dari Cina (Asia Timur) sampai ke Indonesia (Asia Tenggara). (Bersambung)
Penulis: Hendrajit, Direktur Eksekutif Global Future Institute (GFI)
(sumber)