Eramuslim.com – Suatu malam di salah satu titik rendezvous para sosialita ibukota, saya berbincang cukup hangat dengan lima sahabat. Yang pertama seorang bisnisman papan atas yang sepak terjangnya sudah mendunia. Yang kedua, seorang perempuan berwajah oriental yang dekat dengan kelompok Bosnya Jokowi. Yang lainnya adalah seleb nasional yang wajah dan namanya sangat terkenal. Yang menyatukan kami adalah kecintaan terhadap tanah air, Indonesia Raya.
Banyak yang kami bincangkan. Ada satu dua kisah yang sangat relevan dengan peta politik regional terkini–seperti konflik Laut China Selatan, Inggris yang berusaha keras menjaga posisinya sebagai Mercusuar Dunia, ambisi RRC terhadap Asia Tenggara termasuk nafsunya menguasai Indonesia dan Malaysia, lainnya, dan tentu saja, semuanya ini sangat berimbas kepada kondisi kekinian bangsa Indonesia yang semaput seperti sekarang.
“Tidak seperti banyak sangkaan orang, Inggris adalah satu-satunya negara yang sejak dulu sampai sekarang yang sangat berkuasa, bahkan sesungguhnya melebihi kekuasaan AS,” demikian ujar bisnisman ini. “Salah satu indikatornya adalah stabilnya mata uang Pondsterling…”
Dia bercerita banyak soal legacy Inggris di mana dahulu pernah terkenal sebagai “Kerajaan Dimana Matahari Tidak Pernah Tenggelam”, saking banyaknya koloni mereka di muka bumi, dan juga untold story tentang pembunuhan Lady Di oleh M16. Kemudian dia menggeser ke RRC, suatu negeri besar terpadat di dunia dengan laju penduduk mencapai 12 juta pertahun (!). Dikatakannya jika asaat ini RRC hendak menjadikan Singapura sebagai basis kekuatan untuk mencengkeram Asia Tenggara.
“Cina itu tidak mau didikte Barat. Mereka sangat ketat di dalam menjaga nation-security, beda dengan Indonesia yang sangat-sangat liberal dan bodoh. Mereka melarang Amazon dan membangun Alibaba sebagai alternatifnya. Mereka melarang BBM, Whatsapp, Facebook, dan Twitter, namun mendirikan WeChat, Sina Weibo, Douban, Tencent, dan Renren. Mereka paham jika semua aplikasi itu sangat rawan dipandang dari segi keamanan negara. Bagaimana bisa?
Pakar internet-security pasti paham, Amazon, BBM, Whatsapp, Facebook, Twitter, dan sebagainya itu berisi banyak data personal, termasuk percakapan dan sebagainya, dan semuanya itu tersimpan di server masing-masing aplikasi, yang seluruhnya bisa dengan mudah dipantau Pentagon. Internet adalah alat ciptaan Pentagon untuk mengawasi dunia. RRC sangat paham hal ini dan melindungi dirinya dari pantauan Pentagon.
Menkominfo Indonesia pernah memerintahkan Blackberry untuk menaruh servernya di Indonesia, tapi apa yang terjadi sungguh menyedihkan. Menkominfo ini malah dibully oleh netizen yang tidak paham. Netizen kita ini jarang yang cerdas dan sangat mudah diprovokasi…”
Cina, katanya, sangat bernafsu menguasai dunia. Langkah ini akan dimulai dari Asia Tenggara. Hongkong telah menyatu dengan RRC, dan sekarang Cina berusaha menjadikan Singapura sebagai satelitnya bagi kawasan Asia Tenggara.
“Dengan jumlah penduduk terpadat di dunia, Cina akan mengekspor orang-orangnya ke seluruh dunia, banyak di antaranya yang in-mission. Mereka tidak akan pernah berbaur dengan pribumi di mana pun. Mereka mengadakan perkawinan dengan sesamanya. Dan mereka juga berbisnis dengan sesamanya. Mereka seperti Yahudi, berusaha menarik uang dari luar sebanyak-banyaknya dan melarang uang yang sudah ada di dalam genggaman tangan mereka keluar. Uang yang ada di dalam genggaman mereka harus beredar di antara mereka saja…”
Sahabat saya, perempuan berwajah orientalis, menyambung, “Benar. Keseharian saya sangat dekat dengan mereka. Di perusahaan mereka, mereka selalu membeli barang-barang dari toko sesama mereka. Kalau pun terpaksa membeli dari orang di luar mereka, maka mereka akan tekan sekali harganya hingga bisa sangat murah, dengan tipuan atau mulut manis biasanya.
Sistem penggajian dan fasilitas juga demikian. Di perusahaan mereka, jika ada dua orang yang sama-sama dalam segala hal namun yang satu kalangan mereka dan yang lain pribumi, maka yang pribumi akan diberi gaji dan fasilitas yang lebih rendah ketimbang yang sesama mereka.
Sayangnya, kita-kita yang pribumi ini sering tidak aware dengan kenyataan ini. Kita seenaknya saja mengalirkan uang dari kantung kita ke toko-toko milik mereka. Padahal mereka tidak akan pernah mau demikian. Harusnya kita hanya mengalirkan uang dari kantung kita ke toko-toko atau ke pengusaha pribumi juga. Kita tidak rasialis, namun kita menuruti apa yang sudah mereka lakukan terhadap kita. Bukankah itu adil?”
Dengan dijadikannya Singapura sebagai satelit RRC, maka akan dengan mudah mereka mengendalikan kawasan. Dengan berani RRC membangun pangkalan militer di kawasan Laut China Selatan yang sampai sekarang masih dalam status sengketa. Singapura adalah duri dalam peta diplomasi negara-negara Asia Tenggara. Banyak sekali perampok-perampok uang rakyat Indonesia, garong-garong BLBI, yang ngumpet di Singapura dan dari negeri ini mereka mengirim rupiah ke Cina daratan. Cadangan devisa Indonesia dibawa kabur oleh mereka. Dan upaya mereka ini dibantu oleh antek-antek pejabat pribumi yang mengkhianati semangat revolusi kemerdekaan Indonesia. Siapa orangnya? Kita tentu tahu.
Hari-hari sekarang, krisis kembali menghantui kawasan Asia Tenggara, terutama Malaysia dan Indonesia. Nilai tukar Ringgit melorot tajam, dan PM Nadjib digoyang isu korupsi oleh kartel media-media setempat yang kita juga tahu siapa orang-orang yang mengendalikannya. Timbullah aksi demonstrasi Bersih .4 berkaus kuning yang didominasi Koko dan Cici. Mereka dengan berani dan penuh percaya diri menuntut agar PM Nadjib mundur.
“Yang tidak banyak diketahui, ada beberapa tokoh Melayu Malaysia yang ikut-ikutan berjuang bersama gerakan kaus kuning ini yang ternyata bekerja untuk CIA atau dimanfaatkan CIA tanpa sepengetahuannya…,” ujar salah seorang sahabat saya.
PM Nadjib yang mengetahui niat sebenarnya dari gerakan kaus kuning ini mengalang massa pribumi Melayu dan menggelar aksi tandingan dengan gerakan kaus merah. Aksi tandingan ini oleh kartel media setempat dianggap telah mengusung tema-tema rasialis dan dibully di sosial media. Padahal, istilah orang Betawi, gerakan kaos merah ini “Nonjok sampe ulu atinye…”
Hari-hari ini, Malaysia diguncang ‘perkelahian’ antara dua kekuatan: Pribumi Melayu versus Pendatang. Dan entah bagaimana akhirnya. (Bersambung/rd)