Eramuslim.com – Direktur Laporan Intelijen di Southern Poverty, Heidie Beidrich menilai situasi anti-Islam di Amerika Serikat (AS) lebih panas. Penilaian ini dibandingkan peristiwa 11 September yang sangat menggemparkan dunia kala itu.
“Situasi anti-Muslim sekarang begitu jauh lebih panas, daripada setelah kejadian 11 September,” kata Beidrich, seperti dikutip lamanCNN, Ahad (22/11). Lembaga Beidrich sendiri merupakan tempat studi dan laporan tentang kelompok ekstrimis.
Setelah serangan Paris, Beidrich mengaku dampak yang dirasakan Muslim memang belum pernah terjadi sedemikian parahnya dengan kejadian ini. Apalagi ia harus melihat begitu banyak politisi yang memberikan komentar agak keterlaluan ihwal anti-Muslim. Hal ini jelas menjadi keprihatinan bagi para imigran terutama umat Islam.
Direktur Kebijakan Nasional di Komite Anti-Diskriminasi Amerika-Arab, Abed Ayoub, berujar reaksi politik saat ini dengan kejadian 11 September 2001 sangat berbeda. Ketika peristiwa 11 September terjadi, Presiden AS George W. Bush berusaha untuk meredakan sentimen anti-Muslim.
Enam hari setelah Menara Kembar jatuh, Bush berbicara di Islamic Center, masjid dan pusat budaya Islam yang terkenal di Washington. Di tempat itu, dia berupaya membela Muslim Amerika dan Islam.
“Teror bukanlah bagian dari ajaran Islam yang benar,” kata Bush saat itu. “Itu bukan ajaran Islam. Islam adalah perdamaian. Teroris ini tidak mewakili perdamaian. Mereka mewakili kejahatan dan perang,” tegas Bush.
Ayoub membandingkan jika Bush melakukan hal serupa dengan adanya peristiwa saat ini. Menurut dia, Bush terbuang dari Partai Republik AS. Namun di satu sisi, cara dia sangat tepat dalam membicarakan masalah ini.(ts)