Eramuslim – Dunia seolah-olah diam mendengar jerit tangis anak-anak, orang tua, dan perempuan di Palestina, Yaman, dan Suriah. Termasuk di belahan bumi lainnya ketika kekuatan negara besar merampas hak asasi manusia dengan beringas.
Berbagai kantor berita hampir tiap hari menampilkan terjadinya kekerasan bersenjata di seluruh penjuru dunia. Berbagai kekerasan tersebut seakan-akan terus berlangsung tanpa solusi karena serangkaian upaya yang dilakukan seringkali hasilnya nihil.
Berbagai forum internasional bermunculan untuk menuntaskan beragam peristiwa kekerasan tersebut. Dialog-dialog tersebut terkesan hanya menjadi komoditas karena tak bisa hentikan hasrat struggle of power suatu negara.
Alih-alih menunjukkan perubahan positif, faktanya cenderung bekebalikan. Kekerasan terus berlangsung sehingga menimbulkan badai pengungsian di negara yang menjadi arena konflik. Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pun hanya bisa berseru.
Selain itu, mereka hanya melakukan tindakan kuratif yang sifatnya sementara terhadap para korban. Paparan di atas merupakan gambaran dari konflik yang melanda dunia saat ini. Konflik yang di dalamnya berkelindan dengan kepentingan negara anggota tetap Dewan Keamanan (DK) PBB.
Kekerasan di Gaza akibat aneksasi Israel, agresi koalisi Arab Saudi di Yaman, konflik berakar dalam di Suriah, genosida terhadap etnis Rohingya di Myanmar, dan diskriminasi terhadap jutaan warga Uighur di Cina menjadi potret dunia masa kini.