Tak butuh waktu lama, Salaudin yang terkesima dan takjub dengan isi ayat Al-Quran pun segera datang ke pusat kota dan mencari Masjid. Rupanya, Allah segera memberinya hidayah dengan membuka hatinya sehingga mampu menerima agama Islam.
“Saya pergi ke masjid pusat dan bertanya apakah saya bisa memeluk agama Islam langsung. Dengan melalui syarat syahadat dan Anda harus percaya untuk menjadi seorang muslim,” tutur Salaudin.
“Saya setuju dengan semua kondisi seperti hanya ada satu Allah yang layak disembah dan bahwa nabi Muhammad SAW adalah utusan Tuhan terakhir. Semua kitab yang diturunkan dan semua malaikat dan hari akhir, hari akhir sebagai hari penghakiman,” jelasnya.
Usai membaca kalimat syahadat, terbesit secercah harapan dan cahaya di hati sang mualaf. Hatinya terasa lebih tenang dan damai seperti menemukan arah hidupnya lagi.
“Jadi sejak saat itu saya mengambil syahadat saya saya merasa sangat berbeda saya merasa lebih bahagia lebih baik dalam hidup saya,” kata dia.
Namun, Salaudin sempat mendapat reaksi keras dari keluarganya, terutama sang ibu. Salaudin diminta agar mengubah pandangan soal Islam.
Namun, ia berhasil meyakinkan keluarganya hingga akhirnya mendapat dukungan untuk menerima Salaudin yang menjadi mualaf. Kini, Salaudin pun giat mempelajari agama Islam untuk terus memperbaiki ibadahnya.
“Ibuku memutuskan bahwa dia akan mengubah pendapatnya tentang islam sama seperti yang saya lakukan. Jadi ya orang tua saya sangat mendukung saya, mereka bantu dengan mencoba membuat lingkungan semudah mungkin bagi saya dan dukung fakta bahwa saya lebih bahagia sebagai seorang muslim daripada tidak menjadi seorang muslim,” bebernya. [Viva]