Eramuslim.com -Selepas Isya’, seorang pemuda datang ke rumah Kyai. Setelah memperkenalkan diri, ia mengutarakan maksud kedatangannya.
“Yai, saya ingin menikah. Mohon bimbingan dari Yai” kata pemuda itu sembari agak malu-malu.
“Sudah ada calon?”
“Sebenarnya saya menyukai seorang gadis di desa ini Yai. Tapi belum mantap hati saya. Karenanya saya sowan ke sini untuk minta bimbingan Yai”
“Kalau begitu, kamu nanti shalat istikharah ya. Nggak usah pulang. Menginap di Masjid saja. Besok pagi, kita bicara lagi.”
Sesuai arahan Kyai, pemuda itu melaksanakan shalat istikharah. Setelah shalat dua rakaat, ia pun berdoa memohon petunjuk terbaik dari Allah soal jodoh.
اللَّهُمَّ إِنِّى أَسْتَخِيرُكَ بِعِلْمِكَ وَأَسْتَقْدِرُكَ بِقُدْرَتِكَ ، وَأَسْأَلُكَ مِنْ فَضْلِكَ الْعَظِيمِ ، فَإِنَّكَ تَقْدِرُ وَلاَ أَقْدِرُ وَتَعْلَمُ وَلاَ أَعْلَمُ وَأَنْتَ عَلاَّمُ الْغُيُوبِ
اللَّهُمَّ إِنْ كُنْتَ تَعْلَمُ أَنَّ هَذَا الأَمْرَ خَيْرٌ لِى فِى دِينِى وَمَعَاشِى وَعَاقِبَةِ أَمْرِى فَاقْدُرْهُ لِى وَيَسِّرْهُ لِى ثُمَّ بَارِكْ لِى فِيهِ
وَإِنْ كُنْتَ تَعْلَمُ أَنَّ هَذَا الأَمْرَ شَرٌّ لِى فِى دِينِى وَمَعَاشِى وَعَاقِبَةِ أَمْرِى فَاصْرِفْهُ عَنِّى وَاصْرِفْنِى عَنْهُ ، وَاقْدُرْ لِى الْخَيْرَ حَيْثُ كَانَ ثُمَّ أَرْضِنِى
Ya Allah, sesungguhnya aku memohon pilihan kepada-Mu dengan ilmu-Mu, aku memohon kekuasaan-Mu (untuk menyelesaikan urusanku) dengan kodrat-Mu, dan aku memohon kepada-Mu sebagian karunia-Mu yang agung, karena sesungguhnya Engkau Mahakuasa sedangkan aku tidak berkuasa, Engkau Mahatahu sedangkan aku tidak tahu, dan Engkau Maha Mengetahui perkara yang gaib.
Ya Allah, jika Engkau mengetahui bahwa urusan ini untukku, dalam agamaku, kehidupanku, dan akibatnya bagiku, maka takdirkanlah dan mudahkanlah urusan ini bagiku, kemudian berkahilah aku dalam urusan ini.
Dan jika Engkau mengetahui bahwa urusan ini buruk untuk diriku, dalam agamaku, kehidupanku, dan akibatnya bagiku, maka jauhkanlah urusan ini dariku, dan jauhkanlah aku dari urusan ini, dan takdirkanlah kebaikan untukku di mana pun, kemudian jadikanlah aku ridha menerimanya.
Selepas Subuh, ia kembali menemui Kyai.
“Sudah shalat istikharah?”
“Sampun, Yai”
“Terus?”
“Waktu tidur saya bermimpi, Yai”
“Mimpi apa?”
“Saya didatangi pria berjubah putih, diberi seekor burung putih di dalam sangkar”
“Apakah gadis yang kamu sukai itu putih dan anak tunggal?”
“Benar, Yai”
“Insya Allah itu jodohmu. Dan kamu akan dipasrahi rumah oleh mertuamu nanti.”
***
Kisah mimpi jodoh setelah shalat istikharah ini diceritakan oleh salah seorang Kyai di Jawa Timur. Menunjukkan bahwa salah satu jawaban shalat istikharah bisa melalui mimpi. Namun, tidak selalu begitu. Bahkan dalam kitab-kitab Fiqih yang membahas shalat istikharah, tidak disebutkan bahwa jawabannya melalui mimpi.
Jika tidak melalui mimpi, bagaimana mengetahui jawaban shalat istikharah? Melalui kemantapan hati. Hati kita lebih mantap ke pilihan mana yang terasa lebih baik untuk kita. Hati kita mantap memilih apa, itulah hasil istikharah. Tidak harus berupa mimpi jodoh.
“Setelah shalat istikharah, seseorang harus mengerjakan apa yang dirasa baik untuknya. Di samping itu, hendaknya ia benar-benar bebas dari kehendak pribadi,” kata Imam Nawawi rahimahullah. “Jadi jangan sampai ada perasaan ini pilihan terbaik, sebelum mengerjakan shalat istikharah. Karena jika demikian, sama halnya tidak istikharah atau kurang tawakkal pada pengetahuan dan kekuasaan Allah.”
Syaikh Wahbah Az Zuhaili rahimahullah menguatkan dengan mengutip riwayat Ibnu Sunni, “Hai Anas, jika engkau menginginkan sesuatu, maka mintalah petunjuk kepada Allah sebanyak tujuh kali. Setelah itu, lihatlah urusanmu mana yang masuk dalam hatimu pertama kali karena di situlah tempat kebaikan.” Wallahu a’lam bish shawab. [Muchlisin BK/Kisahikmah]